Tempo Scan Group melakukan audiensi dengan Universitas Gadjah Mada. Audiensi berlangsung di ruang Rektor, Selasa (12/12) dihadiri Presiden Komisaris, Handojo S Muljadi, dan Presiden Direktur Tempo Scan Grup, I Made Dharma Wijaya diikuti beberapa jajaran manajemen. Sementara dari UGM tampak hadir Rektor, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D, Dekan Fakultas Teknik, Direktur Penelitian, Direktur Pengembangan Usaha, Direktur Kemitraan dan Relasi Global, WDP2MKSA Fakultas Farmasi, Kasubdit KSDN DKRG, dan Tim Parasetamol UGM.
Dalam pertemuan tersebut, Tempo Scan Group dan UGM membahas berbagai persoalan menyangkut kemandirian obat di Indonesia. Secara panjang lebar keduanya membuka diri untuk kemungknan kerja sama pembuatan parasetamol.
Handojo Muljadi menyampaikan saat covid melanda banyak pihak membicarakan terkait kemandirian bahan baku obat. Padahal, menurutnya dalam industri farmasi yang terpenting adalah soal captive market.
Tanpa memiliki captive market atau captive market yang terframentasi akan menyusahkan industri farmasi. Seperti amlodiphine atau captopril dan lain-lain, ketika sebuah BUMN berniat membangun industri semacam itu tentu menimbang berulang kali jika tidak memiliki serapan captive market.
Dengan captive market yang terframentasi mengakibatkan cost menjadi tinggi yang pada akhirnya menjadi keluhan industri kepada pemerintah untuk meminta proteksi. Hal-hal semacam itu menurutnya kini tidak bisa lagi dilakukan.
Karena itu, Tempo Scan Group memberanikan diri ke UGM untuk bekerja sama sekaligus membantu visibility study parasetamol. Handojo berpandangan konsumsi parasetamol hingga kini sudah mencapai 40 persen dari konsumsi nasional.
“Untuk itu, sekarang tinggal mencari soal bentuk kerja sama seperti apa dan bagaimana. Kira-kira begitu maksud kedatangan kami ke sini,” ucap Handojo Muljadi.
Ova Emilia menyambut baik kemungkinan kerja sama yang akan terjalin. Menurutnya, soal parasetamol ini UGM sudah lama mendiskusikan dan mengikuti perkembangan yang terjadi di industri farmasi.
Ova mengaku pernah menyampaikan kepada Ketua MWA, Prof. Pratikno, jika UGM berniat membuat parasetamol. Semuanya dibahas sebagai langkah awal hingga pembahasan hampir final.
Rektor melihat hal ini sebagai kesempatan karena bagaimanpun parasetamol tidak menarik dan tidak ekonomis mengingat bahan bakunya sebagian besar berasal dari luar negeri.
“Tapi saya kira kemandirian ini lebih terkait pada rasa percaya diri dan ini tidak selalu ada kaitannya dengan uang atau ekonomi. Ini soal spirit yang nampaknya perlu dikembangkan. Bukan soal uang atau ekonomi tapi ini soal values karena obat-obat ini sifatnya strategis di Indonesia,” ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Fotografer : Firsto