Setiap dosen memiliki tugas untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan atau keahlian yang dimiliki kepada mahasiswa, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggunakannya untuk pengabdian pada masyarakat. Sehingga sangat penting bagi akademisi untuk menguasai soal ketentuan dan teknik penulisan buku akademik. UGM sendiri terus berupaya mendorong para dosen menerbitkan karya publikasi ilmiah dan menulis buku akademik. Selain untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi si dosen sendiri itu, bagian dari kegiatan kerja sama publikasi internasional yang dilakukan justru akan meningkatkan reputasi universitas. Hal itu mengemuka dalam Workshop Penulisan Buku Akademik yang diinisiasi oleh Direktorat Penelitian UGM di ruang multimedia, kantor Pusat UGM, Selasa (14/5) .
Dosen Fakultas Hukum UGM, Dr. Khotibul Umam, S.H., LL.M., mengatakan beberapa persoalan sering kali dihadapi oleh penulis dalam menuliskan karyanya. Salah satunya adalah penggunaan authorship atau pencantuman nama penulis. Dalam praktiknya, para dosen sering melibatkan mahasiswa yang ikut berpartisipasi dalam menulis. Sangat riskan untuk mencantumkan nama mahasiswa dalam penulisan buku tersebut. “Kalau mahasiswanya ikut menganalisa dalam buku tersebut, maka hak authorship boleh diberikan sebagai apresiasi akademik. Tapi kalau hanya mencari dan mengumpulkan data ini sebenarnya tidak perlu,” paparnya.
Berdasarkan Peraturan Rektor UGM 16/2018 Tentang Authorship Publikasi Ilmiah menyebutkan bahwa seseorang yang boleh dicantumkan sebagai penulis harus berkontribusi secara bermakna, dalam perencanaan, penyusunan rancangan, pengumpulan data, analisis, dan interpretasi data. Khotib menyampaikan bahwa ada hak ekonomis dan hak moral yang harus dipenuhi apabila dosen melibatkan mahasiswa dalam penelitian. “Tersebutkan dalam ketiga pasal di peraturan yang sama, bahwa mahasiswa akan bertanggung jawab atas akurasi dan integritas tulisannya apabila dicantumkan sebagai penulis,” jelasnya.
Selain authorship, ujarnya, tantangan lainnya yang kerap ditemui adalah menyeimbangkan antara substansi akademik dengan pasar. Pasar dari peminat buku akademik atau ilmiah cenderung memiliki cakupan yang sempit. Mayoritas pembaca buku akademik umumnya mereka yang berada lingkungan akademik. Khotib berpesan agar untuk menulis buku akademik perlu disesuaikan dengan tujuan penulisan itu sendiri. “Memang sejak dulu buku akademik peminatnya sangat spesifik. Sebenarnya tidak apa-apa kalau ingin menulis sesuai idealisme sendiri. Tapi kalau saya, supaya istilahnya bisa terjual juga maka ambillah topik penelitian yang menarik dan sedang banyak diminati,” jelasnya.
Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati menerangkan, persoalan distribusi dari buku akademik tidak hanya seputar substansi dan peminatnya saja, melainkan juga penerbit. Sebab, penerbit itu memiliki preferensinya sendiri-sendiri. Karenanya, penulis juga perlu memilih penerbit yang kredibel dan dapat dipercaya agar karyanya dapat terdistribusi dengan baik. “Ada penerbit yang lebih suka menerima buku-buku umum, tapi ada juga penerbit yang lebih suka buku yang sifatnya tidak umum,” ucapnya.
Sekretaris Direktorat Penelitian UGM, Prof. drg. Diatri Nari Ratih, M.Kes., Ph.D., Sp.KG(K)., dalam sambutannya mengatakan workshop penulisan yang digelar oleh Direktorat Penelitian UGM dalam rangka untuk memotivasi sivitas akademika untuk menulis publikasi dan menjaga kualitas buku akademik dari karya para akademisi UGM. “Kegiatan ini diharapkan dapat memfasilitasi sivitas akademika yang sedang menyusun buku, ataupun yang belum dan sekaligus mendorong publikasi ilmiah dari para akademisi UGM,” pungkasnya.
Penulis: Tasya
Editor: Gusti Grehenson