Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki persentase serta kontribusi yang besar di Indonesia. Memegang peran yang sangat krusial dalam perekonomian, UMKM menyumbang sekitar 99% dari total unit usaha yang ada di Indonesia. Selain itu, tingkat kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 60,5% dengan serapan tenaga kerja mencapai 97% dari total tenaga kerja nasional, menjadikan sektor ini sebagai penyedia utama lapangan pekerjaan di Indonesia. Namun dibalik keberhasilan tersebut, UMKM di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah ketidaksiapan untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang tentunya menjadi kendala tersendiri bagi keberlanjutan usaha UMKM.
Memiliki misi untuk mengembangkan dan memperkuat UMKM melalui sektor digital, Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Google Indonesia mengadakan Sharing Session dan Kuliah Umum Kebijakan Perdagangan Indonesia oleh Menteri Perdagangan pada Senin (23/11), di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, Magister Manajemen UGM. Dalam sambutannya, Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D, mengungkapkan bahwa selama ini universitas selalu mendukung upaya pembinaan kewirausahaan melalui kegiatan KKN yang tersebar di hampir seluruh nusantara. Mahasiswa yang mengikuti KKN akan berperan sebagai agent of change yang mengenalkan dan membina UMKM, bahkan hingga ke level desa. “Nah mungkin nanti akan lebih diperkuat lagi apabila ada kerja sama dengan Google, dan semoga inisiasi kolaborasi ini geliatnya menjadi lebih nyata dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Indonesia,” ungkapnya.
Ova menambahkan, UGM juga memiliki Gelanggang Inovasi Kreativitas (GIK) yang difungsikan sebagai hub atau melting pot untuk mewujudkan berbagai kerja sama pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, sivitas akademika, pelaku usaha, dan media. GIK dengan luasan lebih dari sembilan hektar ini dapat digunakan tidak hanya oleh mahasiswa UGM, tapi semua orang yang memiliki inovasi dan kreativitas yang ingin dihubungkan dengan pihak industri atau pihak lain untuk menghilirkan produk-produknya. Ia berharap, Kementerian Perdagangan dapat membuat suatu sentra khusus di GIK untuk memberikan konsultasi atau pembinaan UMKM yang terbuka untuk umum. “Semoga kerja sama ini tumbuh semakin maju dan memberikan manfaat bagi kita semua,” pungkasnya.
Kegiatan pagi itu diawali dengan sharing session bersama perwakilan Google Indonesia. Raihan Ridwan, Government Affairs & Public Policy, menyampaikan bahwa Google telah berkolaborasi dengan Kemendag dalam melakukan pelatihan digital bagi dua juta UMKM di Indonesia melalui program Gapura Digital dan Women Will serta beberapa sertifikasi yang bisa didapatkan secara gratis oleh para pelaku UMKM. Ia menekankan pentingnya digitalisasi karena saat ini internet merupakan sumber penting untuk menemukan informasi produk ketika konsumen melakukan riset pembelian. Ekonomi digital juga terus tumbuh sebesar 22% mencapai USD 77 miliar dan diperkirakan mencapai USD 130 miliar pada tahun 2025. “Kenapa UMKM harus melek digital? karena berdasarkan riset, 59% pembeli global mengatakan mereka menggunakan Google untuk meneliti pembelian yang akan mereka lakukan secara offline di toko ataupun online di market place,” ujarnya.
Raihan pun menjelaskan beberapa produk Google yang bisa digunakan untuk mendukung bisnis UMKM agar bisa lebih level-up bahkan melakukan ekspor. Ia menyarankan, langkah kecil yang bisa dilakukan oleh UMKM adalah dengan membuat akun YouTube dan Google Profil Bisnis. Dengan jumlah pengguna yang mencapai 2 miliar, 70% pemirsa YouTube mengatakan bahwa mereka melakukan keputusan pembelian akan suatu merek karena melihatnya di platform tersebut. “Jadi YouTube ini sebetulnya bisa menginspirasi pembelian,” tutur Raihan.
Waranugraha, Founder dan CEO Gapurahoster, juga memiliki pendapat yang sama terkait soft selling secara digital di platform Google. Ia berujar salah satu kebutuhan UMKM yang mungkin menjadi ‘PR’ adalah memasarkan produk. Para pelaku UMKM harus bisa memikirkan bagaimana caranya agar produk yang dihasilkan bisa dijual atau paling tidak masyarakat tahu ada produk dengan merek tertentu. “Yang saya temui di banyak UMKM, banyak yang mengalami kesulitan untuk melakukan promosi secara online. Apa cukup dengan punya website terus langsung laris? Belum tentu, lho,” ujarnya.
“Kita sebenarnya bisa memanfaatkan fitur dari Google sebagai solusi tadi. Contohnya, YouTube punya potensi yang bagus untuk marketing, kita buat video pendek di Short bisa viral, bisa ditemukan oleh orang-orang yang bahkan tidak kenal dan tidak subscribe kita,” ungkapnya. Hal ini bisa lebih dimaksimalkan lagi ketika pelaku UMKM bisa membuat konten yang lebih panjang, misalnya reviu produk secara keseluruhan. Ia juga menyinggung potensi Google Profil Bisnis, yang bisa memberikan dampak pada penjualan produk, karena mesin pencari Google memiliki algoritma yang akan mencarikan informasi terdekat dengan individu yang berselancar di internet. Informasi yang Google berikan bisa berupa teks, gambar, bahkan maps yang jika di-klik bisa mengarahkan ke bisnis UMKM. Google Profil Bisnis, menurutnya, dapat menjadi alat untuk mendukung kepercayaan masyarakat untuk mencoba produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM.
Menteri Perdagangan, Dr. Budi Santoso, M.Si., dalam kuliah umumnya bercerita bahwa program-program yang dibuat pemerintah bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM. Hal ini disebabkan proteksi yang dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi UMKM hanya bersifat sementara, UMKM tetap harus bangkit dan memiliki daya saingnya sendiri agar minimal mampu bertahan di persaingan domestik dan terus tumbuh sehingga bisnisnya berkelanjutan. Budi juga menceritakan kinerja ekspor-impor yang sudah berjalan dengan sangat baik yang dilihat dari capaian neraca perdagangan yang mengalami surplus berturut-turut selama 54 bulan terakhir sejak Mei 2020. Surplus ini ditopang oleh ekspor sektor non-migas karena terjadi perubahan struktur di dalamnya. Jika 15 tahun yang lalu, 70% ekspor Indonesia masih didominasi oleh bahan mentah, saat ini 78%-nya adalah hasil industri sehingga proses hilirisasi untuk semua sektor sudah berjalan dengan sangat baik.
“Tapi untuk struktur impor masih lebih banyak ke bahan baku ya, harus tetap hati-hati karena bisa mematikan industri dalam negeri apalagi kalau tiba-tiba ada penghentian supply. Jadi kita harus selalu berusaha agar bahan baku bisa didapatkan dari dalam negeri saja,” tuturnya. Budi lalu menjelaskan fokus program kerja Kemendag untuk menciptakan ekosistem perdagangan yang kondusif untuk memajukan UMKM Indonesia, seperti pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, hingga program pemberdayaan ‘UMKM Bisa Ekspor’. Kemendag terus mendorong UMKM Indonesia untuk terus berani berinovasi dan siap beradaptasi dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam persaingan global.
Kolaborasi antara UGM dan Kemendag pada pagi itu juga diperkuat dengan penandatangan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antar kedua institusi. Sebelumnya, kerja sama antara Kemendag telah terjalin dengan beberapa unit di UGM, diantaranya Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Direktorat Penelitian, serta Pusat Perdagangan Dunia. Dalam waktu dekat, MoU ini akan ditindaklanjuti oleh Fakultas Hukum dalam bidang kerja sama Implementasi Tridharma Perguruan Tinggi dan MBKM di Bidang Perlindungan Konsumen, serta Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat melalui pelibatan mahasiswa KKN-PPM dalam pendampingan UMKM sebagai agent of change.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie