Universitas Gadjah Mada menggandeng komunitas Difabelzone dalam rangka mewujudkan inklusivitas dengan melakukan pendampingan warga disabilitas dalam rangka penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal itu mengemuka dalam kunjungan UKM Peduli Difabel UGM berkunjung ke sekretariat kerajinan batik tulis di Difabelzone, Nglarang, Bantul, Rabu(2/10).
Wuri Handayani, S.E., Ak., M.Si., M.A., Ph.D., Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis sekaligus pembina UKM Peduli Difabel, dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Minggu (6/10) mengatakan UGM siap berkolaborasi dengan Difabelzone untuk meningkatkan peluang bagi para penyandang disabilitas dalam berkarya dan menciptakan UMKM yang dapat bersaing secara luas.
Wuri menuturkan pihaknya menawarkan bantuan dalam pendampigan pemasaran dan pengelolaan laporan keuangan untuk anggita Difabelzone. “Pengelolaan pemasaran serta pembukuan laporan keuangan memiliki fungsi yang krusial bagi UMKM untuk keperluan funding dari pihak eksternal,” ucap Wuri.
Rahmat, salah satu pengrajin batik Difabelzone, yang menyatakan harapannya akan kerja sama dan persaudaraan yang berkelanjutan dengan UGM.
Sekretaris Direktorat Keuangan Dr. Hempri Suyatna, Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan UGM, mengatakan kunjungan ini merupakan titik awal dari kolaborasi dan kerjasama UGM dengan Difabelzone. “Lewat kerja sama ini, kita siap mendampingi teman-teman penyandang disabilitas agar sejahtera secara sosial serta finansial,” ujar Hempri.
Seperti diketahui, Difabelzone merupakan komunitas untuk berkembang bagi difabel yang hadir dengan prinsip inklusi untuk mendukung difabel agar dapat mandiri dan produktif melalui kerajinan seni batik. Sejak awal mula didirikannya, yakni pada tahun 2017, Difabelzone bukan hanya wadah untuk merangkul bagi penyandang disabilitas, akan tetapi juga sebagai lapangan pekerjaan dan melatih kemandirian. Melalui kerajinan batik, Difabelzone juga merupakan wadah bagi difabel dan sukarelawan untuk ikut aksi peduli lingkungan.
Selama 7 tahun berproses, Difabelzone telah meraih berbagai prestasi serta mengadakan beberapa pameran dan workshop. Akan tetapi, Difabelzone masih menghadapi berbagai tantangan berupa emosional, pemasaran, finansial, hingga pengelolaan pembukuan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
Hempri menuturkan, adanya kegiatan dan kolaborasi seperti ini, diharapkan sivitas akademika UGM serta masyarakat luas selalu peduli terhadap teman-teman penyandang disabilitas dan terus berusaha untuk mewujudkan lingkungan yang inklusif untuk semua orang terlepas dari kekurangan fisik mereka baik itu di lingkungan UGM maupun di lingkungan luar UGM.
Penulis : Hanif
Editor : Gusti Grehenson