
Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil memperoleh hibah dari Program Sinergi Kreasi Masyarakat dan Akademisi untuk Sains Teknologi Nusantara (Semesta) yang digagas Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dalam acara penandatanganan kontrak bagi penerima Program Semesta yang berlangsung di Graha Diktisaintek, Jumat (12/9), Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani, mengungkapkan bahwa program ini bertujuan membumikan hasil riset agar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Salah satunya melalui skema Resona Saintek yang menjadi wadah kampanye komunikasi publik. “Penandatanganan kontrak hari ini bukan sekadar formalitas, melainkan simbol awal perjalanan bersama untuk memastikan sains hadir, dipahami, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat luas,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Fauzan, menegaskan bahwa keberhasilan program Semesta tidak hanya bergantung pada pendanaan, melainkan pada tata kelola yang disiplin dan transparan. Ia menyebut bahwa perguruan tinggi harus memastikan setiap kegiatan bisa dipertanggungjawabkan, sekaligus membawa dampak yang langsung dirasakan masyarakat. “Anggaran bukan sekadar angka, melainkan instrumen yang menentukan apakah riset benar-benar hadir di tengah kehidupan sehari-hari masyarakat,” tuturnya.
Ketua Tim UGM, Hestining Kurniastuti, S.S., MBA., menyampaikan bahwa keberhasilan meraih hibah Semesta adalah hasil kerja bersama tim dan dukungan penuh sivitas UGM. Nia, biasa ia dipanggal, berujar kampanye ini bukan hanya soal komunikasi, melainkan tentang membangun kepercayaan publik terhadap sains dan riset perguruan tinggi. Ia menekankan bahwa komunikasi publik adalah jantung dari setiap upaya diseminasi riset agar dapat dipahami dan diterima masyarakat luas. Baginya, keberhasilan program sangat bergantung pada kemampuan universitas menjembatani bahasa akademik dengan kebutuhan nyata di lapangan. “Komunikasi bukan semata-mata menyampaikan pesan, tetapi merajut kepercayaan,” kata Nia.
Dalam proposalnya, UGM mengajukan program ‘Riset Kuat, Pangan Hebat’, sebuah kampanye strategis yang menghubungkan riset perguruan tinggi dengan masyarakat, pemerintah, hingga dunia usaha. Program ini berangkat dari urgensi ketahanan pangan nasional yang menghadapi tantangan perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, hingga keterbatasan lahan. Melalui riset multidisiplin, UGM menghadirkan solusi nyata, mulai dari varietas padi unggul Gamagora, beras premium Presokazi, pembenah tanah Kalium Humat, hingga riset sosial tentang kesejahteraan petani. “Dalam konteks ini, riset dari perguruan tinggi seperti yang dilakukan oleh UGM, berperan penting dalam memberikan solusi nyata bagi tantangan ketahanan pangan,” tambah Nia.
Program ini juga dirancang dengan strategi komunikasi partisipatif, seperti penyelenggaraan panen raya, rembug sesarengan, rerasan pangan, serta publikasi infografis, video edukatif, hingga podcast. UGM menekankan pendekatan kolaboratif dengan melibatkan peneliti, petani, pembuat kebijakan, media, dan masyarakat umum. Seluruh rangkaian kegiatan akan diukur dampaknya dengan kerangka AMEC Integrated Evaluation Framework (IEF) untuk memastikan riset pangan UGM tidak berhenti di laboratorium, melainkan hadir di tengah masyarakat. “Program ini diharapkan dapat menjadi ruang kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dunia usaha, media, dan masyarakat, membuka peluang bagi riset untuk hadir dari laboratorium ke masyarakat,” pungkas Nia.
Penulis: Triya Andriyani
Dokumentasi: Hestining K.