Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., bertemu dengan ratusan alumni yang tergabung dalam Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Cabang Banyuwangi di Hotel Aston Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (29/7). Dalam dialog yang berlangsung dengan guyub dan santai tersebut, Rektor menerima masukan dari para alumni agar UGM bisa memberikan kontribusi pada Kabupaten Banyuwangi dalam pengembangan pendidikan, riset, dan pengiriman mahasiswa KKN.
Ketua Pengurus Daerah Kagama Banyuwangi, drg. Dodik Dwi Suryanto, mengatakan Banyuwangi sekarang ini dikembangkan sebagai daerah destinasi tujuan wisata selain Bali. Banyuwangi juga sebagai pintu masuk bagi pengunjung yang akan menyeberang ke pulau Bali lewat pelabuhan Ketapang. “Kenapa tidak bisa kita tangkap bagaimana Banyuwangi menjadi tujuan wisata di Indonesia,” katanya.
Meski berprofesi sebagai seorang dokter gigi, namun Dodik mengaku dalam beberapa tahun terakhir tengah menggeluti bidang pertanian dan peternakan kambing etawa yang dibimbing oleh Prof Zaenal Bachruddin dari Fakultas Peternakan UGM. “Saya sedikit banyak belajar pertanian dan peternakan dan dibimbing Pak Zaenal Bachrudin mendampingi peternakan etawa. Budi daya kambing etawa dan susu etawa dengan nama peternakan nusantara,” katanya.
Selain itu, kata alumnus Fakultas Kedokteran Gigi ini, ia juga menanam rumput Gama Umami untuk pakan ternak yang mulai ia sosialisasikan kepada petani dan peternak di Banyuwangi. Seperti diketahui, rumput Gama Umami dikembangkan oleh dosen Fakultas Peternakan UGM, Ir. Nafiatul Umami, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.. Rumput ini merupakan hasil mutasi rumput gajah yang telah diradiasi sinar gamma sehingga menghasilkan rumput yang lebih unggul dibandingkan dengan tetuanya. Hasil produksi rumput Gama Umami lebih tinggi dibandingkan rumput gajah lokal sebagai tetua dan dalam setahun dapat dipanen hingga 6 kali. “Gara-gara rumput ini saya jadi mengenal Bu Umami dan kita bawa bibit dari Gunungkidul sebanyak 400 bibit tanaman semoga bisa berkembang di sini,” katanya.
Sementara Wiwin Indiarti, alumnus prodi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM yang berkecimpung dalam penerjemahan manuskrip kuno lontar Yusuf dan Sritanjung. Namun begitu, ia juga berkecimpung dalam aktivitas advokasi masyarakat adat Banyuwangi. “Kita menginginkan agar UGM juga mendukung disahkannya RUU Masyarakat Adat yang belum disahkan oleh DPR,” kata Wiwin.
Menjawab usulan Wiwin, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Dr. Ari Sudjito, mengaku siap mendukung untuk melobi dan mendesak DPR untuk mengesahkan RUU masyarakat adat yang menurutnya masyarakat adat perlu mendapat perlindungan dari negara.
“Kebetulan kita juga ikut menyusun naskah akademik masyarakat adat dalam rangka untuk memperkuat lokalitas dan kualitas masyarakat Indonesia yang ditopang komunitas lokal, pengetahuan lokal dalam melestarikan lingkungan untuk membangun keadaban,” katanya.
Sementara dr. Bintari Wuryaningsih, SE., menyampaikan dirinya banyak melakukan perhatian dan kepedulian dalam bidang lingkungan terutama edukasi pentingnya pemilahan sampah bagi kalangan ibu-ibu rumah tangga di Banyuwangi. Selain memberi pelatihan di rumah edukasi sampah ia pun juga mengkampanyekan pentingnya memilah sampah lewat media sosial. Menurutnya, selama paradigma bahwa sampah selesai dengan cara angkut dan buang maka persoalan sampah tidak akan pernah selesai.
“Sampah bisa selesai dari rumah. Kita harus memilah sampah dari rumah. Dengan memilah sampah dari rumah dan digunakan untuk kompos, eco enzim dan POC (pupuk organik cair) maka nantinya bisa dimanfaatkan untuk berkebun organik jenis tanaman pangan untuk keluarga. Kalau harga cabe naik, tanam cabe di rumah sendiri dan tanam sayur di lahan sendiri,” ujar alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini.
Ia pun menyampaikan keprihatinannya soal pengelolaan sampah yang terjadi di DIY sekarang ini. Menurutnya apabila gerakan memilah sampah sudah dimulai dari tiap rumah maka soal pengelolaan sampah TPA yang melebih kapasitas tidak akan terjadi.
Menanggapi usulan dari Bintari, Rektor UGM menyambut baik dan ia sepakat pengelolaan sampah harus dikelola secara mandiri sebelum dibuang ke TPA. Rektor mengapresiasi karya yang dilakukan oleh alumnus UGM Banyuwangi yang sudah memberikan kontribusi bagi masyarakat lewat pendirian rumah edukasi dan pilah sampah. “Karya yang ditunjukkan sungguh luar biasa. Soal sampah kebetulan ini juga merupakan masalah yang sangat dekat dengan kita di Yogyakarta. UGM sedang mengupayakan untuk bisa mengatasi masalah itu,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto