Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam adopsi kecerdasan artifisial (AI). Namun, untuk memastikan manfaat maksimal dari teknologi ini diperlukan pemahaman mendalam tentang dasar dan implementasi kecerdasan artifisial, khususnya di kalangan pembuat kebijakan. Menuju Indonesia yang lebih cakap AI, Google bersama dengan Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial Indonesia (Korika) dan Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM bersinergi meluncurkan AI Policy and Skilling Lab. Acara peluncuran program diadakan pada Senin (11/12) di Kempinski Grand Ballroom Jakarta, dihadiri oleh pimpinan Google Indonesia, Korika, CfDS Fisipol UGM, dan peserta dari lintas kementerian serta lembaga di Indonesia.
Sekretaris Eksekutif CfDS Fisipol UGM, Syaifa Tania, mengatakan pelatihan AI ini akan diselenggarakan pada tahun 2024 dengan target peserta lebih dari 800 ASN dari berbagai kementerian dan lembaga di Indonesia. Menurutnya, program ini bertujuan untuk mendorong produktivitas, kreativitas dan inovasi, serta pemanfaatan AI yang bertanggung jawab di kalangan pejabat ASN. “Program pelatihan ini terdiri atas rangkaian sesi pengembangan kapasitas pengetahuan dasar dan studi kasus kecerdasan artifisial serta generative AI,” kata Tania.
Ia menambahkan program pelatihan AI Policy and Skilling Lab akan mengangkat beberapa topik meliputi dasar-dasar dan etika penggunaan AI, masa depan AI, juga pemanfaatan AI dalam keamanan siber, optimalisasi UMKM dan perekonomian nasional, pendidikan, keberlanjutan dan tanggap bencana, privasi, hak cipta, serta pemerintahan dan layanan publik. Pemilihan topik-topik pelatihan tersebut menurut Tania didasari oleh indikasi kebutuhan-kebutuhan mendesak dari beragam sektor terkait sinergi antara dunia industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan tinggi dalam mendorong adopsi teknologi kecerdasan artifisial yang bertanggung jawab.”Dengan memperluas pemahaman para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan terkait AI, diharapkan dapat terbentuk dasar kebijakan yang responsif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Turut hadir dalam acara peluncuran program ini, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, yang mendukung inisiatif program ini. “Kami memberikan apresiasi atas inisiatifnya untuk membuka wawasan dan memimpin diskusi bagi seluruh kalangan untuk pemanfaatan AI yang bertanggung jawab, mendorong kreativitas dan inovasi yang positif, juga terciptanya landasan kebijakan yang seimbang dan terarah,” tuturnya.
Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, mengatakan program ini merupakan wujud nyata komitmen Google Indonesia dalam membangun kapasitas para pembuat kebijakan mengenai AI dan studi kasusnya di Indonesia sehingga bisa menciptakan landasan kebijakan yang seimbang, mendorong pemanfaatan AI yang bertanggung jawab, dan mendukung transformasi positif yang dihadirkan oleh teknologi AI. ”Kami berharap inisiatif ini menandai awal dari kolaborasi pendekatan bijaksana dan ide-ide baru dari seluruh ekosistem AI yang akan membantu kita menavigasi evolusi transformasional ini, menemukan solusi kolektif, dan memaksimalkan potensi AI yang luar biasa. Karena di mana halnya, memerlukan kolaborasi dan keterlibatan mendalam dari seluruh pemangku kepentingan di masyarakat untuk mencapai kemajuan bagi Indonesia,” tegasnya.
Sementara Ketua umum Korika, Prof. Hammam Riza, mengatakan penyediaan pelatihan AI untuk ASN ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan keterampilan serta kompetensi ASN di bidang AI. Melalui kerja sama ini, ASN Indonesia dapat lebih memahami dan memanfaatkan AI untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan publik.
Penulis : Gusti Grehenson