Rektor Universitas Gadjah Mada pada Rabu (13/12) di Gedung Pusat UGM menandatangani tiga nota kesepahaman bersama, yaitu antara UGM dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI); UGM dengan PT APP Purinusa Ekapersada, serta UGM dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper. Nota kesepahaman ini menandai kerja sama para pihak dalam bidang pendidikan, penelitian, pengkajian, pengabdian kepada masyarakat, dan penghiliran inovasi perguruan tinggi.
“Universitas berperan sebagai tempat melakukan riset dan pengembangan. Tentunya kami siap untuk bekerja sama dan juga belajar bersama, karena kami yakin masing-masing memiliki keunggulan dan hal-hal baik yang dapat kita tukarkan,” tutur Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D.
Ia menuturkan, di era saat ini kolaborasi menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Seluruh unit kerja di UGM pun, menurut Ova, sangat antusias untuk membangun kerja sama dengan para praktisi dan pelaku industri, karena dinilai akan menghasilkan berbagai luaran yang positif. “Ini akan memberikan atmosfer yang semakin dinamis di universitas,” lanjut Rektor.
Rencana kerja sama operasional yang akan dilakukan dengan APHI adalah kajian akademis pengelolaan lahan gambut melalui pendekatan analisis neraca air dan pengukuran emisi dalam rangka menjaga keseimbangan hidrologis pada satu lanskap kesatuan hidrologis gambut.
Dengan PT APP dan PT RAPP, UGM akan melakukan penjajakan lebih lanjut beberapa agenda seperti pengembangan spesies tanaman industri untuk meningkatkan produktivitas, Integrated Forest Farming System (IFFS), teknologi penyerapan CO2 dengan mikroalga untuk dekarbonasi di lingkungan produksi pabrik dan carbon trading, serta multiusaha kehutanan dan pemberdayaan masyarakat.
Ova berharap, nota kesepahaman ini dapat semakin memperkuat solidaritas, harmoni, dan jejaring kemitraan yang dapat meningkatkan kinerja dan mendatangkan berbagai dampak positif, terutama dalam penciptaan sumber daya manusia unggul.
“Tantangannya bukan hanya di tingkat negara tetapi juga global, kita harus siap untuk berbicara dan berkontribusi nyata. Semoga dengan semakin eratnya kerja sama kita dapat melahirkan gagasan dan hal baru untuk bangsa,” ucapnya.
APHI sebagai perkumpulan, merupakan mitra pemerintah dan lembaga-lembaga yang berkepentingan yang berfungsi sebagai wadah dan wahana komunikasi, informasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengusahaan hutan, dalam rangka kegiatan usaha yang bertanggung jawab, akuntabel, transparan dan profesional.
Ketua Umum APHI, Prof. Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M.Sc., dalam kesempatan yang sama menuturkan bahwa kerja sama dengan UGM menjadi sebuah langkah yang strategis. “Bagi kami UGM adalah suatu universitas yang cukup bersejarah. Dengan adanya Undang-undang Cipta Karya Industri kehutanan bertransformasi dari yang dulunya hanya tentang kayu, kayu, dan kayu, sekarang ini multiusaha,” tuturnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran sektor perguruan tinggi untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang ke depan. Ia berharap UGM bisa ikut hadir tidak hanya di hulu namun hingga hilir dari kegiatan perusahaan yaitu pemasaran.
“Kita tidak mungkin tidak didukung sains dan teknologi. Kalau bisa UGM membentuk perusahaan-perusahaan menembus pasar yang lebih baik lagi. Perlu ada terobosan, mari sama-sama kita garap,” kata Dwisuryo.
Penulis: Gloria
Fotografer: Donnie