Universitas Gadjah Mada kembali menggelar Global Innovation & Future Technology Summit (GIFTS) 2025, di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Kamis (4/12). Dengan mengusung tema “Sustainable Technology for Future Earth”, memasuki tahun kedua penyelenggaraan penyelenggaraan GIFTS kali menampilkan inovasi berkelanjutan dari 43 mitra industri dan startup guna mendorong dialog interdisipliner, serta memperkuat kapasitas individu dan institusi.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, menyampaikan GIFTS merupakan forum strategis untuk menemukan berbagai mitra global dalam inovasi, serta mendorong pengajuan riset dan pengembangan teknologi yang berdampak luas, berkelanjutan, dan bertanggung jawab bagi kepentingan bangsa. “Kegiatan ini bagian dari agenda Promoting Research and Innovation through Major and Decent Science and Technology Project, untuk memperkuat kapasitas sains dan teknologi di beberapa PKNBH, termasuk UGM,” ujar Danang .
Danang juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam mengadopsi inovasi yang dihasilkan para peneliti dan startup, serta mengapresiasi 43 mitra yang telah menunjukkan komitmen nyata dalam berkolaborasi dengan para inovator UGM melalui program Innovative Academy. “Dengan tema yang diusung, kami berharap mampu memperkuat ekosistem inovasi UGM sebagai katalisator lahirnya inovasi baru dan startup yang memberikan dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama, Oki Earlivan Sampurno selaku Staf Khusus Bidang Industri dan Kerja Sama Luar Negeri Kemdiktisaintek turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi ekosistem riset dan inovasi Indonesia. Ia menjelaskan bahwa sejak dua dekade lalu, Indonesia telah berbicara tentang teknologi, inovasi, dan keberlanjutan, namun banyak hasil riset terjebak dalam hambatan sehingga gagal menjadi inovasi nyata. “Indonesia punya sumber daya alam, sumber daya manusia, serta inovator yang luar biasa, namun tidak semua riset dapat berkembang karena adanya perbedaan lingua franca antara akademisi dan industri. Hal inilah yang membuat investasi riset sering tidak berujung pada inovasi atau produk yang dapat di scale-up,” tutur Oki.
Oki menekankan bahwa salah satu peluang besar berada pada inovasi skala laboratorium yang banyak dimiliki akademisi. Menurutnya, inovasi tersebut dapat dikembangkan menjadi startup dan produk industri bila didukung modal dan kolaborasi yang tepat. Oki menyebut bahwa forum seperti GIFTS 2025 dapat menjadi ruang strategis bagi BUMKM, industri, investor, media, hingga mahasiswa untuk bersama-sama membangun teknologi kolektif yang menjawab kebutuhan industri, kebutuhan investor, serta permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Pada tahun kedua ini, GIFTS menghadirkan berbagai rangkaian acara yang dapat diikuti oleh peserta. GIFTS 2025 menghadirkan 2 Plenary Session, 2 Panel Session, Pameran Inovasi yang menampilkan produk, prototipe, serta layanan inovatif dari startup, perusahaan, dan tim riset universitas, serta berbagai Workshop.
Pada sesi plenary yang pertama, pembicara yang meliputi Irwansyah Panjaitan (Kementrian UMKM RI), Bayu Ardias Kurniadi (Asisten Staf Khusus Wapres), Oki Earlivan Sampurno (Staf Khusus Bidang Industri dan Kerja Sama Luar Negeri Kemdiktisaintek), Denni Puspa Purbasari (Dosen FEB UGM dan Economosit Indonesian Business Council), serta Muhammad Neil El Himam (Deputi Kreativitas Digital dan Teknologi – Ekraf) mengangkat pembicaraan bertema “Exploring Government Policy Insights: Designing a Sustainable Future Through Technology.” Dalam sesi tersebut Oki mengatakan, “Publikasi dan riset tentu penting di kampus memang penting, tetapi yang sebenarnya ingin kita dorong adalah perubahan kerangka pikir tersebut. Jadi dari sekadar academic impact bisa menghasilkan social impact dan economic impact,” katanya.
Sementara pada sesi plenary yang kedua dibahas bagaimana industri dan universitas dapat menyelaraskan inovasi, riset, dan pengembangan talenta untuk menghadapi tantangan global di masa depan. Salman Subakat, CEO Paragon and Innovation, menyoroti bahwa UGM memiliki sumber daya yang kuat serta mahasiswa bertalenta yang mampu mendorong lahirnya inovasi. “Inovasi lahir dari semangat dan keberanian untuk menembus batas, demi menghasilkan sesuatu yang berbeda,” ujarnya.
Pada penyelenggaraan GIFTS 2025 kali ini, dilaksanakan pula penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) serta pemberian penghargaan antara UGM dengan sebanyak 9 Venture Capital dan Perusahaan Pendanaan Investasi, 5 Asosiasi, dan 29 mitra dari pemerintahan maupun industri yang berkomitmen untuk mendukung upaya UGM dalam penguatan ekosistem inovasi dan startup. Penandatanganan ini menjadi momentum bagi UGM untuk meresmikan sinergi antara UGM Science Techno Park dan GIK sebagai “Ecosystem Builder for Innovation, Startup, and Venture.” Harapannya, peluncuran sinergi ini dapat menjadi katalis bagi terbangunnya platform kolaborasi yang lebih terintegrasi, lebih kompetitif secara global, dan mendorong lahirnya inisiatif-inisiatif inovatif yang berdampak luas bagi pembangunan ekosistem inovasi nasional.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto
