
Universitas Gadjah Mada melakuakn desiminasi hasil inovasi riset yang berdampak bagi masyarakat. Melalui kegiatan Rerasan Pangan di Kalurahan Caturtunggal, Sleman, Selasa (8/10), tim UGM mengenalkan riset pengembangan padi Gamagora, varietas unggul hasil inovasi UGM yang menjadi dasar lahirnya beras Presokazi. Kegiatan ini menjadi bagian dari program kampanye Resona Saintek bertema ‘Riset Kuat, Pangan Hebat’, yang mempertemukan peneliti dan masyarakat dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional.
Sekretaris Universitas UGM, Dr. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, S.H., LL.M., menuturkan bahwa universitas terus berupaya menjembatani ilmu pengetahuan dan praktik di tingkat komunitas agar inovasi yang dikembangkan dapat diterapkan secara berkelanjutan. “Kami ingin riset yang dilakukan di kampus benar-benar hadir dan memberi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Andi Sandi, kegiatan Rerasan Pangan menjadi sarana bagi universitas untuk memperluas dampak riset di bidang pangan. Melalui program Resona Saintek, UGM mendorong hasil penelitian agar tidak berhenti di ruang laboratorium, tetapi dikembangkan bersama masyarakat. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas pihak untuk memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal. “Kami berharap kegiatan ini menjadi ruang bagi pertukaran gagasan agar inovasi UGM semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat,” tuturnya.
Pj. Lurah Caturtunggal, Feri Ferdian, M.IDS., MPA., menyampaikan apresiasi atas keterlibatan UGM yang aktif membangun kerja sama dengan pemerintah kalurahan. Ia menilai bahwa kegiatan ini memberikan pemahaman baru bagi warga tentang potensi riset pertanian yang bisa diterapkan di wilayahnya. Kolaborasi seperti ini diharapkan dapat membantu masyarakat mengembangkan sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. “Kami ingin kerja sama dengan UGM bisa berjalan berkelanjutan agar manfaat riset kampus dapat dirasakan langsung oleh warga,” ungkapnya.
Peneliti Fakultas Pertanian UGM, Dr. Rizky Pasthika Kirana, S.P., M.Sc., memaparkan tentang riset pengembangan padi Gamagora, varietas unggul hasil inovasi UGM yang menjadi dasar lahirnya beras Presokazi. Ia menjelaskan, riset Gamagora berangkat dari kebutuhan untuk menghasilkan benih padi yang tahan terhadap perubahan iklim, hama, dan keterbatasan lahan. Gamagora dikembangkan melalui seleksi genetik dan uji lapangan di berbagai daerah agar bisa tumbuh di lahan basah maupun kering. “Kami berangkat dari tantangan petani di lapangan, sehingga riset ini didesain agar bisa langsung menjawab kebutuhan mereka,” terangnya.
Rizky menambahkan bahwa varietas Gamagora memiliki produktivitas tinggi dengan kualitas gabah yang stabil. Dalam beberapa tahun terakhir, benih ini telah diuji di sejumlah wilayah dan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Melalui kerja sama dengan petani lokal, tim UGM memastikan proses pengembangan varietas ini berjalan adaptif dan berkelanjutan. Ia berharap ke depan semakin banyak komunitas petani yang bisa mengakses dan memanfaatkan varietas hasil riset ini. “Kami ingin ilmu yang kami kembangkan tumbuh bersama masyarakat, karena riset yang baik adalah riset yang hidup di tengah rakyatnya,” ujarnya.
Sementara itu, Andrianto Ansari, Ph.D., yang juga merupakan peneliti di Fakultas Pertanian, menjelaskan bahwa dari varietas padi Gamagora inilah kemudian dihasilkan beras Presokazi, produk olahan yang memperkuat nilai tambah riset. Menurutnya, Presokazi merupakan bentuk konkret hasil riset pertanian UGM yang siap dikembangkan secara luas. Ia memaparkan bahwa beras ini memiliki tekstur pulen, rasa gurih alami, serta kandungan gizi yang tinggi. “Beras ini merupakan hasil riset UGM yang kami kembangkan dengan serius agar bisa dinikmati masyarakat sebagai produk pangan yang sehat dan bergizi,” ujarnya.
Andri, biasa ia dipanggil, menuturkan bahwa proses produksi Presokazi dilakukan secara terukur mulai dari tahap panen, pengeringan, hingga penggilingan. Ia menekankan pentingnya penerapan teknologi pascapanen agar kualitas beras tetap terjaga. Beras Presokazi juga telah melalui uji kandungan zat besi (Fe) dan seng (Zn) yang menunjukkan hasil tinggi, sehingga potensial membantu upaya pencegahan stunting. “Kami pastikan setiap tahapnya terkontrol dengan baik supaya beras yang dihasilkan tidak hanya unggul secara rasa, tetapi bernilai gizi tinggi,” paparnya.
Lebih jauh, Andri juga menjelaskan bahwa keberhasilan Presokazi tidak lepas dari sinergi antara pemerintah, peneliti, dan mitra petani. Ia menegaskan bahwa riset pangan tidak cukup berhenti pada penemuan benih, tetapi harus berlanjut hingga tahap pengolahan dan distribusi. Hal ini menjadi semangat utama di balik lahirnya Presokazi sebagai brand hasil riset UGM. “Kami ingin hasil riset pertanian tidak hanya menjadi ilmu di ruang akademik, tetapi benar-benar menjadi pangan yang membawa manfaat bagi banyak orang,” tuturnya.
Sesi diskusi berlangsung dinamis dengan pertanyaan peserta seputar peluang penanaman Gamagora dan pengembangan Presokazi di wilayah Caturtunggal. Para peneliti menyambut positif antusiasme warga dan membuka kesempatan untuk kerja sama pendampingan di masa mendatang. Warga berharap hasil riset UGM bisa diterapkan di lingkungan mereka sebagai upaya memperkuat kemandirian pangan lokal. “Kami senang melihat semangat warga yang terbuka terhadap inovasi pangan,” ujar Andri.
Kegiatan Rerasan Pangan ditutup dengan ajakan untuk memperkuat sinergi antara universitas, pemerintah kalurahan, dan masyarakat. Para peserta menyampaikan apresiasi atas komitmen UGM yang terus menghadirkan inovasi riset melalui pendekatan langsung ke komunitas. Melalui kegiatan ini, UGM menegaskan perannya dalam mendukung kemandirian pangan nasional melalui riset yang aplikatif dan berbasis kebutuhan masyarakat. “Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut agar manfaat riset kampus semakin dirasakan oleh masyarakat,” tutur salah satu peserta.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie