Pusat Studi Kebudayaan (PSK) Universitas Gadjah Mada merilis permainan interaktif semi digital sebagai media pembelajaran tentang mitigasi bencana melalui perspektif budaya bernama Truwelu.
Plt. Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum., menuturkanTruwelu merupakan produk permainan semi digital yang dikembangkan memuat pengetahuan kebencanaan dari perspektif keilmuan dan budaya. Selain itu, juga memuat piwulang (ajaran) leluhur yang terdapat dalam manuskrip kuno dan cerita rakyat yang selanjutnya diolah dan disampaikan dalam kemasan modern.
“Produk ini dikembangkan dengan mengadopsi konsep permainan papan ular tangga. Pengembangan Truwelu dilakukan bekerja sama dengan Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM,” jelasnya, Senin (11/12) saat peluncuran Truwelu di The Atrium Hotel and Resort Yogyakarta.
Truwelu diambil dari perpaduan kata TRUstha yang artinya senang, Wigya artinya pandai, Edi artinya indah, serta LUhur berarti luhur. Secara keseluruhan truwelu diartikan sebagai proses pendidikan yang dilandasi rasa senang akan menambah kepandaian nan indah serta luhur.
Sri Ratna menjelaskan produk Truwelu dikembangkan dalam bentuk permainan semi digital berbasis pada website. Dengan begitu, permainan ini bisa lebih mudah diakses, namun tetap mengedepankan bentuk fisik papan permainan yang nyata untuk keberlangsungan interaksi antar pemain.
Permainan Truwelu memuat pertanyaan sebagai sarana pembelajaran terkait mitigasi bencana. Selain itu juga terdapat menu kawruh yang berisi informasi terkait kepercayaan atau budaya lokal terkait bencana yang terjadi. Truwelu ini bisa dimainkan oleh 2-4 pemain. Dalam satu permainan menggunakan satu smartphone dari salah satu pemain. Untuk bermain, pemain perlu mengakses truweluboardgame.id atau memindai QR code yang tersedia.
Sri Ratna menatakan permainan Truwelu ini telah disosialisasikan di SMP 1 Cangkringan. Ke depan pihaknya akan melakukan sosialiasi ke lebih banyak tempat lagi.
“Semoga program ini ke depan bisa terus dikembangkan, bersama-sama melestarikan budaya,”ujarnya.
G.K.B.R.A.A. Paku Alam yang sekaligus Bunda Literasi DIY menyampaikan rasa bangga atas upaya yang dilakukan UGM, khususnya Pusat Studi Kebudayaan dengan kekhasannya telah terjun langsung dalam menggalakkan literasi berbasis budaya di berbagai lapisan masyarakat.
“Khas di sini karena karya Pusat Studi Kebudayaan telah mengangkat piwulang (ajaran) para leluhur yang masih tersimpan rapat dalam manuskrip kuno berhuruf dan berbahasa Jawa yang selanjutnya disajikan dengan kemasan yang cukup milenial,”urainya.
Ajaran para pendahulu, lanjutnya, termasuk Ki Hadjar Dewantara di kehidupan yang akan datang sangat dibutuhkan bagi generasi muda agar tidak tercerabut dari akar budaya bangsa. Terlebih di tengah laju globalisasi yang begitu deras membawa berbagai dampak bagi kehidupan. Oleh sebab itu, pembudayaan berliterasi diharapkan bisa menumbuhkan budi pekerti, mengasah logika serta kreativitas generasi muda.
“Mari bergandengan tangan untuk tumbuhkan literasi. Saya juga mengucapkan terima kasih atas upaya yang dilakukan Pusat Studi Kebudayaan UGM dalam menguatkan literasi budaya bagi kemajuan bangsa dan negara,”paparnya.
Sementara Wawan Harmawan dari Kadin DIY menyebutkan produk Truwelu yang dikembangkan PSK UGM memiliki nilai tambah yang luar biasa. Truwelu tak hanya menjadi media dalam pembelajaran mitigasi bencana bagi masyarakat, tetapi juga membantu dalam melestarikan kebudayaan Jawa.
Penulis: Ika