Universitas Gadjah Mada melalui para pakarnya kembali memberikan dukungan dalam penanganan dampak banjir besar yang melanda wilayah Sumatra pada akhir 2025. Salah satunya melalui pelatihan daring bagi relawan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) yang terlibat dalam pemulihan pendidikan anak-anak penyintas. Pelatihan ini dipandu oleh pakar psikologi kebencanaan, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, pada Minggu (7/12), untuk membekali relawan sebelum turun langsung ke lapangan.
Menurut Ibu Diana, pelatihan daring menjadi langkah penting untuk membantu tim relawan yang kini menghadapi tekanan besar sejak bencana terjadi. “Ketika bencana terjadi, semua orang mengalami overwhelm dan kesulitan mengambil keputusan. Teman-teman USK pun mengalami banjir informasi, ditelpon dari berbagai pihak sehingga sulit fokus. Karena kami tidak terdampak langsung, kami menawarkan bantuan untuk membekali relawan dengan materi psikososial yang mereka butuhkan,” jelasnya pada Rabu (10/12).
Terkait keterampilan utama yang harus dimiliki relawan, Diana menekankan pentingnya kemampuan berinteraksi dengan sensitif terhadap kondisi anak-anak penyintas. “Relawan perlu memiliki compassion, memperlakukan anak-anak dengan sensitif, membangkitkan semangat mereka, serta menyediakan aktivitas yang membuat mereka kembali merasa aman dan senang. Tujuannya adalah menyediakan child-friendly safe space, bukan langsung mengejar target pembelajaran,” ungkapnya.
Namun di lapangan, revitalisasi sekolah darurat menghadapi tantangan yang tidak ringan. Selain akses yang terhambat karena banyak jembatan putus, proses pembersihan bangunan membutuhkan alat berat yang sulit didatangkan. “Sekolah sangat sulit dibersihkan. Harus pakai alat berat, padahal akses jembatan terputus. Orang tua pun masih belum aman melepas anaknya bermain atau belajar sendiri,” ujar Diana, menggambarkan kondisi yang masih jauh dari pulih.
Untuk mengatasi hal tersebut, UGM berkolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala dan jaringan relawan lokal. Tim USK menerjunkan sekitar 25 relawan ke empat kabupaten terdampak untuk melakukan pendampingan psikososial, aktivitas pemulihan anak, hingga membantu memulai kembali kegiatan belajar di ruang-ruang darurat. “Kami bekerja sama dengan Unsyiah karena mereka yang punya relawan langsung di lapangan, sementara tim kami memberikan pelatihan dan dukungan psikososial,” tuturnya.
Diana berharap kontribusi relawan ini mampu memberikan dampak nyata bagi pemulihan kesejahteraan anak-anak di wilayah bencana. “Yang utama adalah memberikan basic support bagi anak-anak dan keluarga agar well-being mereka terjaga, sehingga mereka tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan bisa segera bangkit kembali,” tutupnya.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Kemendikdasmen RI
