UGM melakukan panen raya perdana padi Gamagora (Gadjah Mada Gogo Rancah) 7 di Ngawi, Jawa Timur. Panen di lahan seluas 1,5 hektare milik warga di Desa Desa Dusun Guyung, Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi ini mampu menghasilkan sebanyak 9.6 ton gabah kering panen per hektare.
Gamagora 7 merupakan hasil mutan radiasi dari padi Rajalele Klaten dari golongan Indica. Varietas ini memiliki karakter unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim sehingga bisa ditanam di musim kering maupun lahan tadah hujan. Selain itu, memiliki ketahanan terhadap wereng batang cokelat biotipe 2, penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blast ras 033, ras 073, dan ras 133. Dengan berbagai keunggulan itu, kehadiran Gamagora 7 bisa mendukung terwujudnya kedaulatan pangan di tanah air.
Varietas ini merupakan salah satu implementasi Innovation Grant dari Program PrimeStep di bawah koordinasi Direktorat Pengembangan Usaha UGM yang dikembangkan oleh sejumlah peneliti di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM. Gamagora 7 merupakan varietas ketiga yang pernah diluncurkan oleh UGM dengan SK pelepasan Kementerian Pertanian pada Maret 2023 lalu. Varietas ini telah diujicobakan pada lahan sawah di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain Ngawi, varietas ini diujicobakan di tanaman di Banyumas, Wonogiri, Pati, Blora, dan Cepu. Sementara untuk budi daya di Ngawi merupakan hasil kerja sama pentahelix antara UGM, Agrisparta, WIM, Pemkab Ngawi, serta kelompok tani Bina Sparta.
Direktur Penelitian UGM, Prof. Dr. Mirwan Ushada, STP., M.App.Life Sc., menyampaikan pengembangan varietas Gamagora 7 oleh peneliti UGM ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong kedaulatan pangan nasional. Sementara untuk mewujdukan kedaulatan pangan, UGM tidak bisa berjalan sendiri namun membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.
“Kedaulatan pangan menjadi perhatian UGM, tetapi ini tidak bisa dilakukan sendiri sehingga kata kuncinya ada pada kerja sama pentahelix yang melibatkan banyak pihak,” jelasnya, Kamis (21/12) di hadapan para petani saat panen raya di Ngawi.
Karenanya, UGM membuka pintu kolaborasi dengan berbagai pihak dalam pengembangan dan budi daya Gamagora 7. Dengan begitu, harapannya ke depan produk hasil riset UGM ini bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.
Peneliti Gamagora 7, Prof. Taryono menyampaikan harapan padi Gamagora 7 ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Tidak hanya bagi petani, namun keberadaan varietas ini bisa memberikan manfaat bagi penggunanya.
“Harapannya padi Gamagora 7 ini tidak hanya mendukung misi UGM dalam mendukung kedaulatan pangan nasional, tetapi juga dapat meterakan masyarakat yang membudidayakannya,”tuturnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, Ir. Eka Srirahayu, M.Si., menyampaikan terima kasih atas pelaksanaan kerja sama pembudidayaan padi Gamagora di Ngawi. Ia berharap implementasi hasil penelitian UGM ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Ngawi.
“Kami sangat mengapresiasi pengembangan dan budi daya Gamagora 7 di Ngawi. Dengan adanya varietas baru dengan nilai ekonomi tinggi ini harapannya bisa lebih banyak menggaet petani untuk membudidayakannya sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan mereka,”paparnya.
Eka mengungkapkan bahwa saat ini sebagian besar petani di Ngawi memudidayakan padijenis Inpari 3. Dengan kehadiran Gamagora 7 ini bisa menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat Ngawi.
“Saat ini Gamagora 7 sudah berhasil dibudidayakan di musim kering. Tantangan ke depan bisa diujikan di sini saat musim basah,” ucapnya.
Penanaman Gamagora 7 di wilayah Jawa Timur dilakukan dengan menggandeng perusahaan Agri Sparta, termasuk di Ngawi. CTO PT. Agri Sparta, Yaser Hadi Putra, mengatakan padi Gamagora 7 yang dikembangkan UGM terbukti cukup resisten terhadap cuaca. Meski ditanam saat musim kering bisa menghasilkan 9.6 ton gabah penen kering per hektare. Dalam pembudidayaan varietas ini dilakukan bersama kelompok tani Bina Sparta Ngawi dengan mengaplikasikan mekanisasi pertanian dan pemanfaatan teknologi.
“Padi Gamagora 7 ini sangat menjanjikan, terlebih tahan terhadap cuaca. Harapannya budi daya varietas ini bisa menghasilkan dampak yang luas bagi masyarakat,”ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Guyung, Sumino, menyebutkan saat ini ada enam varietas yang dibudidayakan di lahan warga seluas 7 hektare. Salah satunya adalah Gamagora 7 yang mulai dibudidayakan di daerahnya sejak bulan September 2023 lalu di luasan 1.5 hektare.
Sejak awal penanaman, ia memiliki harapan besar varietas ini bisa memberikan hasil yang maksimal dan bisa memberikan manfaat yang dirasakan langsung bagi warganya. Hasilnya, dari panen kaIi nyatanya mampu memenuhi harapannya.
“Hasil panen bagus. Harapannya kedepan bisa terus dibudidayakan di Ngawi,”terangnya.
Penulis: Ika
Foto: Firsto