Ribuan Sivitas Universitas Gadjah Mada mengikuti upacara peringatan hari lahir Pancasila yang dilaksanakan di halaman Balairung, Sabtu (1/6). Pelaksanaan upacara berlangsung cukup khidmat. Namun ada yang unik selama pelaksanaan upacara, para petugas upacara yang sebagian besar merupakan tenaga kependidikan yang sehari-harinya berkantor di Gedung Pusat UGM ini mengenakan seragam perjuangan tempo dulu. Sementara, para peserta upacara yang terdiri para dosen dan tenaga kependidikan mengenakan seragam hitam putih.
Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia,M.Med.Ed., Sp.OG (K),Ph.D., dalam penyampaian amanat sebagai pembina upacara mengatakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momentum untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam penghayatan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Rektor mengajak kepada seluruh komponen Sivitas UGM untuk membumikan dan menghidupkan Pancasila dalam praktek kehidupan keseharian dengan semangat kerukunan dan menghormati perbedaan untuk mendukung pembangunan masa depan. “Karena dalam keragaman terkandung kekuatan dan energi positif untuk memajukan peradaban,” katanya.
Dikatakan Rektor, Pancasila memiliki peran utama sebagai perekat atas segala keragaman, karena dibangun dari spirit nilai-nilai dasar kebinekaan yang hidup dalam nadi Bangsa Indonesia. Nilai perekat ini tentu tidak dimaksudkan sebagai visi penyeragaman, namun untuk memperkuat kesatuan dari keniscayaan bangsa yang plural.
Menurutnya, penghargaan atas pluralitas bangsa ini dengan sendirinya menjadi fondasi penting pada dimensi kemerdekaan, kesetaraan, dan keadilan bagi semua warga. Seperti halnya Pancasila yang berdiri sebagai satu kesatuan dari lima sila yang tak terpisahkan. “Pancasila menjadi payung pemersatu kemajemukan bangsa, menghargai dan menghormati perbedaan, serta menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Rektor mengatakan Indonesia pada tahun 2045 diprediksi mendapat bonus demografi dengan persentase penduduk usia produktif sebanyak 70%. Tingginya usia produktif ini harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas kompetensi untuk meminimalisir risiko yang berpeluang muncul seperti tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan, krisis kesehatan, dan peningkatan angka kriminalitas.
Rektor menambahkan, sektor pendidikan yang berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu faktor kunci bagi pembangunan kualitas SDM dan peradaban masa depan. UGM sebagai institusi pendidikan mendapatkan mandat untuk turut berkontribusi dalam pembangunan, pengembangan keilmuan, serta penguatan karakter kepribadian anak bangsa yang bermartabat dan siap menghadapi kompetisi di kancah global. “Melalui paradigma pembelajaran “University without wall”, UGM memberikan peluang atau akses pengetahuan secara inklusif kepada masyarakat luas,” tegasnya.
Sebagai kampus inklusif, UGM juga berkomitmen untuk memeratakan akses pendidikan dan memberikan peluang belajar yang inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri.
Rektor menyebutkan beberapa program yang dilakukan UGM dalam mendorong inklusivitas kampus dengan merekrut calon mahasiswa baru berbasis geografi yang menjangkau mahasiswa dari daerah afirmasi 3T (Terdepan, Terpencil, dan Terluar). Membuka program inklusivitas pembelajaran melalui platform UGM online dan mata kuliah daring terbuka penuh (MOOCs), serta kursus modular bisa dikatakan sebagai bagian dari yang ada di UGM. Selain itu, UGM juga menggiatkan semangat interprofessional collaboration untuk mendorong inovasi dan pengembangan ilmu. “Program kerja yang diupayakan tersebut menjadi cerminan bagaimana nilai-nilai Pancasila dihayati dan dihidupi bersama di Universitas Gadjah Mada melalui semangat inklusivitas, toleransi, dan gotong royong,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Donnie