Delegasi Universitas Gadjah Mada menghadiri ajang 3rd Republic of Indonesia Singapore University Network Meeting (RI-SING) pada 12-13 November 2024 lalu di Singapore Management University (SMU). Pertemuan ini merupakan gelaran ketiga dari kolaborasi antara universitas Singapura dan perguruan tinggi negeri Indonesia. Kontribusi UGM dalam RI-SING 2024 diharapkan mampu membangun wadah diskusi dan koneksi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Kelima orang delegasi UGM yang ikut dalam pertemuan RI-SING tersebut yaitu, Prof. Suadi selaku Direktur Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. Puji Astuti., M.Sc., Apt. selaku Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional dan Trianna Wahyu Utami, MD.Sc., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama, Fakultas Kedokteran Gigi. Selanjutnya, Anrizandy Narwidina, M.DSc, Sp.KGA, Ph.D selaku Dosen Fakultas Kedokteran Gigi dan Dr. Sukirno dari Fakultas Biologi.
Seperti diketahui, RI-SING awalnya dirintis oleh enam perguruan tinggi Singapura dan lima perguruan tinggi Indonesia, yakni National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore Management University (SMU), Singapore University of Social Sciences (SUSS), Singapore Institute of Technology (SIT), dan Singapore University of Technology and Design (SUTD). Sedangkan dari Indonesia adalah Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Melalui pertemuan ini, RI-SING berupaya menjadi wadah kolaborasi pengembangan pendidikan dan penelitian antar universitas Indonesia-Singapura. Agenda yang dibawa pada pertemuan tahun ini adalah komitmen kolaborasi akademik dalam menghadapi tantangan global dan mempersiapkan generasi muda dengan kompetensi profesional. Professor Lily Kong, Presiden SMU menyambut baik kolaborasi RI-SING untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan. “Indonesia, dengan perekonomiannya yang dinamis dan berkembang pesat, menawarkan potensi luar biasa untuk kolaborasi akademis dan penelitian. Kami bertujuan untuk memperdalam pertukaran pengetahuan yang bermanfaat bagi kedua negara,” ujar Lily dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Selasa (19/11).
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM, Prof. Dr. Puji Astuti., M.Sc., Apt. dalam presentasi progres kolaborasi yang telah dijalin UGM dengan universitas Singapura. Ia menyampaikan, dalam setahun terakhir, UGM melaporkan setidaknya tujuh program unggulan yang meningkat. Mulai dari pertukaran pelajar, kolaborasi penelitian, rekognisi pengabdian masyarakat, hingga dosen tamu internasional.
Berdasarkan data pada tahun 2024, mahasiswa internasional dari Singapura paling banyak berasal dari Singapore Management University (SMU). Sedangkan penerima mahasiswa UGM terbanyak di Singapura adalah Nanyang Technological University (NTU). Selain itu, kerja sama juga dilakukan melalui kolaborasi penelitian dan hibah dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Fakultas Biologi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, dan lain-lain.
Selanjutnya, Prof. Suadi, turut hadir dalam diskusi panel dengan judul “Leadership & Human Capital Development”, mengatakan perguruan tinggi Indonesia ternyata memiliki keunikan dari segi sistem tata kelola dosen dan tenaga kependidikan jika dibanding universitas Singapura. “Ada beberapa kesamaan leadership, tapi ada kekhasan di perguruan tinggi dengan struktur kepegawaian yang ada dosen dan tendik,” ujarnya.
Pengelolaan strategi kepemimpinan dalam perguruan tinggi sangat penting dilakukan, terlebih dalam mengelola keseimbangan antara penelitian dan pelayanan pendidikan. Diperlukan pelatihan untuk membuat kerja tim yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan berkolaborasi antara tendik dengan peneliti, sehingga keduanya mampu mendukung layanan pendidikan sekaligus mengembangkan disiplin ilmu masing-masing. “Dosen memiliki jenjang karir sebagai asisten ahli sampai guru besar, tetapi dari managerial perguruan tinggi leader jarang disiapkan. Saya kira penting untuk membuat leadership development program,” pungkas Prof. Suadi.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson