
Universitas Gadjah Mada kembali mencatat prestasi membanggakan dengan menempati peringkat pertama nasional dalam penerimaan Program Dana Padanan (PDP) 2025. Dari hasil seleksi yang diumumkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, pada Rabu (17/9) silam, UGM berhasil meloloskan 11 proposal riset yang kini memasuki tahap pencairan dana. “Capaian ini menunjukkan konsistensi UGM dalam mengembangkan riset unggul yang relevan dengan kebutuhan bangsa,” ujar Plt. Direktur Direktorat Pengembangan Usaha UGM, Prof. Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D, Senin (22/9).
Skema PDP dirancang sebagai pendanaan pendamping (matching fund) yang memperkuat kolaborasi antara perguruan tinggi, dunia usaha, industri, pemerintah, dan masyarakat. UGM menjadi salah satu motor penggerak utama dalam memaksimalkan program ini, terutama untuk memastikan riset tidak hanya berhenti pada publikasi, tetapi juga menjadi inovasi nyata. “Melalui program ini, UGM ingin memastikan hasil riset dapat memberi dampak langsung bagi industri dan masyarakat,” terang Sang Kompiang.
Lebih lanjut, Sang Kompiang menuturkan keberhasilan UGM meraih pendanaan terbanyak tahun ini melanjutkan tren positif tiga tahun terakhir. Peningkatan jumlah proposal yang didanai menjadi bukti kapasitas sivitas akademika UGM dalam menjawab tantangan bangsa. “Kami mendorong para peneliti UGM agar terus menghasilkan karya aplikatif yang bisa memberikan manfaat luas,” tuturnya.
Sebanyak 11 proposal riset dari berbagai bidang berhasil lolos seleksi, mulai dari inovasi pangan, kesehatan, hingga teknologi. Beberapa di antaranya meliputi minuman whey fermentasi probiotik, aplikasi VR berbasis analisis properti, bank pakan untuk swasembada daging, hingga flight controller pesawat GAMAFlight. “Riset lintas disiplin ini menunjukkan kekuatan kolaborasi akademisi UGM dalam menghasilkan solusi komprehensif,” ujar Sang Kompiang.
Sang Kompiang juga menjelaskan dengan dukungan PDP, UGM menargetkan penguatan jejaring kemitraan dengan dunia usaha dan sektor publik. Model kolaboratif ini diharapkan mempercepat transfer teknologi dari kampus kepada masyarakat luas. “Sinergi antara kampus dan industri menjadi kunci agar riset dapat segera diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
UGM menegaskan bahwa capaian ini bukan sekadar angka, melainkan momentum untuk memperkuat peran perguruan tinggi dalam pembangunan nasional. Sang Kompiang menekankan dengan riset yang berakar pada kebutuhan masyarakat, UGM berkomitmen menghadirkan inovasi yang dekat dengan nilai kerakyatan. “Kami percaya, riset UGM akan menjadi motor penggerak inovasi nasional dan memberi dampak nyata bagi kesejahteraan bangsa,” pungkasnya.
Penulis : Triya Andriyani