Universitas Gadjah Mada meresmikan berdirinya Kantor Unit Layanan Disabilitas UGM. Kantor yang berada Kompleks Bulaksumur, Jl. Mahoni No.C-18, Sagan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diresmikan Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, M.Med.Ed., Ph.D., Sp.OG(K) Selasa (10/12). Dengan peresmian Kantor Unit Layanan Disabilitas memperlihatkan UGM terus berkomitmen menjadi kampus yang inklusif. Sebagai kampus yang ramah bagi penyandang disabilitas, UGM memberikan kemudahan akses pendidikan dan layanan inklusif bagi sivitas akademika.
Tampak hadir dalam peresmian ini Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi dan Sains Teknologi, Prof. Dr. Sri Suning Kusumawardani, Country Director of British Council, Me. Summer Xia dan Dr. Wuri Handayani selaku Ketua Unit Layanan Disabilitas.
Ova Emilia mengatakan dengan peresmian Kantor ULD, UGM ingin menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Berdirinya ULD UGM merupakan bentuk tanggung jawab dari Universitas Gajah Mada untuk memberikan layanan pembelajaran yang kondusif untuk semuanya. “Apa yang sudah diupayakan hingga hari ini, merupakan bentuk tanggung jawab UGM, dan soal inklusiveness ini banyak sekali salah satunya adalah yang terkait dengan layanan penyandang disabilitas”, katanya.
Ada tiga hal prinsip kenapa UGM berkomitmen dan peduli pada lingkungan yang inklusif dengan berbagai kebijakan. Pertama, pendidikan merupakan hak setiap warga negara tanpa melihat apapun. Masing-masing peserta didik memiliki peluang dan kesempatan yang sama dalam berpengetahuan. Kedua, UGM memberikan penghargaan terhadap keberagaman. Masing-masing adalah unik, dan masing-masing tidak bisa disamakan antara satu dan yang lainnya. “Sehingga apa yang dikatakan kelemahan sesungguhnya bukan sebuah kelemahan dalam arti sebenarnya. Tapi itu merupakan bentuk keunikan yang mungkin memberikan keunggulan dari sisi yang lain. Karenanya keberagaman itu adalah satu kekuatan”, ucap Rektor.
Prinsip ketiga adalah keadilan. Dengan adanya keadilan dalam pendidikan membuat kelompok apapun tidak terpinggirkan ataupun tertinggal dalam pendidikan. “Saya kira nanti layanan ULD ini akan menjadi salah satu bentuk implementasi dari pendidikan inklusif di UGM dengan berbagai macam kegiatannya,” terang Ova Emilia.
Sri Suning Kusumawardani berharap hadirnya ULD sebagai wujud nyata komitmen Universitas Gadjah Mada dalam memberikan layanan yang inklusif dan berkeadilan bagi seluruh sivitas akademika, khususnya teman-teman penyandang disabilitas. Semua pihak menyadari bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap insan, tanpa memandang perbedaan kemampuan fisik, mental, atau sensorik.
Sebagai salah satu perguruan tinggi tertua dan termuka di Indonesia, ujar Suning, keberadaan ULD di UGM ini diharapkan mampu menjadi percontohan bagi perguruan tinggi lainnya di Tanah Air. “Keberadaan ULD bukan hanya simbol dari inklusivitas, tetapi juga menjadi motor penggerak untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki akses yang setara dalam belajar, berkreasi, dan berkontribusi di lingkungan kampus”, katanya.
Summer Xia merasa senang bisa menghadiri peresmian Unit Layanan Disabilitas di Kampus UGM. Berdirnya ULD UGM, dinilainya sebagai tonggak sejarah bagi UGM yang terus berkomitmen membuat lingkungan yang lebih inklusif dan aksesibel bagi penyandang disabilitas. “Saya merasa bangga untuk kerjasama ini. Dukungan British Council melalui Grant Sosial Akses UK Alumni membuat inisiatif ini menjadi kenyataan. Dengan dedikasi ibu Wuri memastikan terwujudnya lingkungan inklusif, dan akses layanan untuk mahasiswa disabilitas bisa terwujud dan menjadi harapan,” katanya.
Dengan peresmian Kantor ULD, katanya, membuka peluang keberhasilan yang sama untuk semua mahasiswa di UGM. Dengan unit layanan ini mampu menghilangkan hambatan dan mampu memberdayakan mahasiswa difabel di dalam kampus UGM.
Wuri Handayani selaku Ketua ULD melaporkan UGM saat ini memiliki 48 mahasiswa penyandang disabilitas. Sebanyak 48 mahasiswa terdiri 21 perempuan dan 17 laki-laki dengan berbagai ragam disabilitas. “Ada fisik, kemudian ada tuli, ada netra, dan ada mental. Mereka juga berasal dari berbagai fakultas dan berbagai jenjang pendidikan mulai dari vokasi, sarjana, magister, dan juga program doktor”, ungkapnya.
Ia berharap ULD UGM bisa menjadi center of excellence dalam isu-isu disabilitas baik nasional maupun internasional. Ada empat prinsip yang menjadi tagline ULD UGM. Pertama, adalah aspiration, dan ULD UGM ingin menggali aspirasi dari semua pihak agar ULD bisa maju. Kedua, ULD UGM ingin mendorong connection. ULD bagaimanapun memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Ketiga, ULD UGM ingin mengembangkan innovation dalam melayani. Keempat merespon hal-hal yang sifatnya terkait isu-isu disabilitas dengan kebijakan. “Kita ingin menjadi terdepan sehingga pada akhirnya kita akan menuju ke inclusion. Dimana semua pihak tidak akan tertinggal”, paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto