Ratijem sudah tidak muda lagi. Namun, di usia yang menginjak 67 tahun, wanita asal Pandak, Kabupaten Bantul, DIY, ini masih kuat mengangkut barang dengan berat puluhan kilogram di punggungnya. Ia bersama dengan ratusan perempuan buruh gendong di Pasar Giwangan, Yogyakarta setiap hari terbiasa membawa barang dengan berat antara 30-100 kg. Saat ini ada 135 ibu-ibu buruh gendong yang tergabung dalam Paguyuban Sayuk Rukun Buruh Gendong di Pasar Giwangan.
“Hampir 35 tahun saya jadi buruh gendong. Awalnya di Pasar Beringharjo lalu pindah ke Pasar Giwangan,”ungkapnya usai menerima bantuan sosial yang diberikan UGM, Jumat (22/12) di Pasar Giwangan.
Ratijem mengungkapkan tidak merasakan beban berat di punggungnya karena telah terbiasa. Hanya saja, saat ini ia tidak lagi seperkasa saat muda. Dulu, ia sanggup dalam sekali angkut mengangkat barang hingga 90 kilogram. Namun, saat ini ia hanya bisa membawa beban sekitar 40-an Kilogram saja. Untuk sekali panggul biasanya ia dibayar sekitar Rp5.000.
“Ya kalau pegel-pegel sudah biasa sehari-hari nanti juga hilang sendiri,” jelasnya.
Biasanya ia mulai bekerja dari jam 12 siang hingga jam 11 malam. Lalu mulai lagi dari jam 2 malam hingga pagi. Di sela-sela menjadi buruh gendong, ia juga melakoni pekerjaan sebagai buruh unting (ikat) sayur di Pasar Giwangan. Uang yang diperoleh dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dan biaya sekolah ketujuh anaknya.
“Alhamdulillah anak bungsu saya bisa merasakan bangku kuliah. Saat pandemi Covid-19 kemarin berhasil lulus dari UGM,” tuturnya sumringah.
Ia pun merasa terharu saat UGM hadir menyapa buruh gendong di Pasar Giwangan. Bantuan yang diberikan kepada 35 buruh gendong yang masuk kategori lanjut usia seperti dirinya sangat bermakna.
“Terima kasih atas kepedulian dan bantuanya,”ucapnya.
Penyerahan bantuan sosial berupa paket sembako ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Dies Natalis ke-74 UGM. Bantuan sosial diberikan kepada 35 buruh gendong lanjut usia yang berada di Pasar Giwangan bertepatan dengan peringatan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember.
Dalam penyerahan bantuan, Humas UGM tidak berjalan sendiri, namun bekerja sama dengan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta yang telah menjadi mitra UGM dalam publikasi dan Yayasan Annisa Swasti (Yasanti) yang sudah mendampingi para buruh gendong di Yogyakarta selama berahun-tahun.
Koordinator Bidang Pemberitaan UGM, Satria Ardhi Nugraha, menyampaikan pemberian bantuan sosial ini merupakan bentuk kepedulian UGM kepada buruh gendong di Yogyakarta, khususnya di Pasar Giwangan.
“UGM berbagi kebahagiaan dalam peringatan Dies Natalis ke-74. Harapannya bisa bermakna bagi ibu-ibu semua,”tuturnya.
Devi Rahman mewakili PFI yang turut serta dalam penyerahan bantuan sosial menyambut baik aksi kepedulian UGM kepada ibu-ibu buruh gendong di Yogyakarta.
“Bantuan yang diberikan diharapkan bisa memberikan manfaat bagi ibu-ibu semua,”ucapnya.
Sementara Nadrotus Sariroh dari Yasanti mengapresiasi upaya UGM yang menunjukkan kepedulian pada masyarakat khsusunya buruh gendong di Yogyakarta. Lebih dari 15 tahun ia dan rekan-rekannya di Yasanti melakukan pendampingan ibu-ibu buruh gendong di empat pasar yaitu pasar Beringharjo, pasar Giwangan, pasar Kranggan, dan pasar Gamping. Ada 220 buruh gendong di pasar Beringharjo, 135 orang pasar Giwangan, 23 orang di pasar Kranggan, dan 50 orang di pasar Gamping. Mereka berasal dari sejumlah daerah di DIY dan Jawa Tengah, seperti Bantul, Kulon Progo, Wonosari, Sukoharjo, serta Purworejo.
“Semoga bantuan dari UGM ini bisa bermanfaat. Jangan dilihat dari jumlahnya, ini merupakan bentuk kasih sayang dan silaturahmi UGM ke ibu-ibu semua,”terangnya.
Penulis: Ika
Foto: Donnie