
Universitas Gadjah Mada menegaskan komitmennya dalam mendukung ekosistem inovasi dan industri kreatif melalui pembukaan UGM Shop yang secara resmi dibuka pada Jumat (14/2) lalu, di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM. Melalui UGM Shop pula, kampus ingin menyediakan ruang untuk menghubungkan dan mendorong sinergi dunia kreatif dan akademik dengan memperkenalkan produk-produk inovatif yang memiliki nilai keberlanjutan kepada masyarakat luas.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., dalam pidato sambutannya menegaskan bahwa UGM Shop hadir sebagai bentuk nyata dari upaya universitas dalam membangun ekosistem inovasi yang berkelanjutan, membuka peluang kolaborasi antara mahasiswa, alumni, serta para pelaku industri kreatif. “UGM Shop tidak hanya menjadi tempat transaksi ekonomi, tetapi juga ruang berbagi pengetahuan, diskusi kreatif, serta penggerak inovasi berbasis budaya dan teknologi,” ujar Ova Emilia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Chief Executive Officer (CEO) GIK UGM, Alfatika Aunuriella Dini, S.H., M.Kn., Ph.D yang mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam berjalannya UGM Shop dan juga mengharapkan kemajuan UMKM hingga dapat mendunia. “Semoga ini menjadi awal yang baik bagi kita semua memajukan karya-karya UMKM, tidak hanya dari mahasiswa dan dosen tapi juga untuk lokal untuk bisa mengglobal,” harapnya.
Ana Nur Fauziah selaku Ketua Umum Kopma UGM menegaskan Kopma UGM dapat menjadi tempat yang bermanfaat bagi para mahasiswa, brand lokal, wirausahawan muda, dan masyarakat luas. “Semoga dengan adanya soft launching ini kita semua bisa lebih peduli terhadap UMKM, difabel, dan juga brand-brand lokal,” ujarnya.
Usai peresmian UGM Shop, dilanjutkan dengan melaksanakan tour singkat dan juga collaboration talkshow “GIK Menyapa: Creative & Innovation with KOPMA UGM x Dagadu x Starcross x Sebatik” dengan tema Local Brands Industry with Global Demands”. Dalam Sesi ini, para pembicara saling berbagi insight terkait bagaimana brand-brand lokal dapat terus berkembang dan bersaing di tengah masyarakat terlebih dengan pasar global.
Zayati Zaini selaku CEO Sebatik Shoes membagikan pengalamannya saat mendirikan usaha yang dimulai dari hobi. Menurutnya, produk usaha yang dijalankan tidak hanya membawa rasa senang bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain. Lebih dari itu, ia pun terus mengikuti trend yang terus berkembang di masyarakat dan memperhatikan quality control dari produk tersebut.
Ia mengakui produk usahanya justru lebih laku di pasar internasional daripada di dalam negeri. Menurut pengamatannya, masih banyak masyarakat yang gengsi menggunakan lokal, oleh karena itu ia menjelaskan bagaimana memang menjadi pekerjaan besar bagaimana caranya produk batik tetap nyaman dan stylish, serta mengikuti jaman namun tidak meninggalkan budaya lokal. “Produk kita tidak kalah kok dari produk luar negeri, mulai dari kita sendiri, kita coba menggunakan produk dalam negeri, “ ujarnya.
Sementara Haqqi dari perwakilan perusahaan Dagadu menjelaskan soal urgensi produk yang merepresentasikan budaya. Menurutnya, Dagadu terus mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pandangan orang lain tentang Yogyakarta. “Konsumen tidak hanya berfokus pada landmark-landmark yang sudah ada, namun secara lebih luas dengan pendekatan-pendekatan yang lebih baru.
Anugerah Nirwan pun selaku Head of Digital Marketing Starcross mengatakan Starcross sendiri terus mengikuti trend, dengan menjadikan musik sebagai sumber inspirasi utamanya, salah satu upaya yang dilakukan untuk mengikuti trend ini adalah memaksimalkan penggunaan media online untuk memasarkan produk mereka, terlebih pada saat pandemi menerpa. Sedang, Starcross dalam menjaga budaya yang ada melalui budaya-budaya populer seperti art, musik, dan juga extreme sport. Dari hal tersebut, Starcross pun memiliki event musik, dan mengenal-mengenalkan budayanya dengan mengambil tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah di Yogyakarta, seperti di Prambanan dan Kridosono.
Ana Nur Fauziah, selaku perwakilan dari Kopma UGM menuturkan sejak pandemi, Kopma pun mulai merambah marketplace dan meluaskan usaha mereka, salah satunya dengan jasa kirim. Untuk mempertahankan budaya dan nilai-nilai ke-UGM-an dalam produk usaha yang mereka kelola, pihaknya terus berinovasi dan juga berkolaborasi dengan banyak pihak. “Kami juga tidak melupakan jati diri kami sebagai mahasiswa Gadjah Mada,” ujarnya.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto