
Fakultas Geografi UGM ditunjuk sebagai mitra utama sekaligus koordinator regional dalam penyusunan profil karbon biru lamun dan lahan gambut untuk wilayah ASEAN dan Timor Leste. Penunjukan tersebut dilaksanakan di sela kegiatan The Launch Event of the ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling (ABCF) Project di Hotel Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (21/5). Dengan penugasan ini, Fakultas Geografi diharapkan terus mendorong komitmen negara di kawasan Asia Tenggara dalam penguatan kolaborasi internasional di bidang perubahan iklim dan ekonomi biru.
Proses penyusunan profil ini dikoordinasi oleh Prof. Dr. Pramaditya Wicaksono, S.Si., M.Si., dari Fakultas Geografi UGM bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Badan Informasi Geospasial (BIG). Turut dilibatkan dalam penyusunan ini, para pakar dari masing-masing negara anggota ASEAN dan Timor Leste.
Pramaditya menuturkan koordinator penyusunan profil karbon biru dan lahan gambut ini akan membuka peluang bagi UGM untuk memperluas jejaring pakar dan praktisi karbon biru di tingkat regional. Selain itu, berperan dalam mendorong pertukaran pengetahuan, serta membangun kemitraan berkelanjutan guna mendukung agenda bersama di luar batas proyek.
“Kolaborasi ini kita bisa membangun dasar informasi yang kuat mengenai kondisi dan ketersediaan data ekosistem karbon biru di kawasan. Profil ini tidak hanya memberikan gambaran awal kondisi eksisting, tetapi juga menjadi pondasi penting untuk mengidentifikasi kekosongan data dan kebutuhan teknis yang masih harus dipenuhi,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan FGE UGM, Dr. Erlis Saputra, S.Si., M.Si menyambut baik penunjukan Fakultas Geografi ini. Ia berharap tanggung jawab ini bisa mendorong riset dan pengembangan pengetahuan terkait ekosistem karbon biru, khususnya lamun dan mangrove.
Erlis menandaskan partisipasi aktif Fakultas Geografi UGM dalam proyek ini menjadi refleksi komitmen institusional dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sekaligus ikut berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan, penguatan aksi iklim, serta pengembangan ekonomi biru yang inklusif dan berbasis sains.
Seperti diketahui, kegiatan ASEAN Blue Economy Framework (ABCF) Project bertujuan meningkatkan kapasitas teknis negara-negara ASEAN dalam pengelolaan ekosistem karbon biru, mengeksplorasi mekanisme pembiayaan inovatif, serta mengintegrasikan strategi karbon biru ke dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan baik di tingkat nasional maupun regional. Kegiatan yang diinisiasi oleh United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia ini mendapat dengan dukungan Pemerintah Jepang, serta berada di bawah koordinasi ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy.
Penulis : Agung Nugroho