Tim Budidaya Padi Gamagora 7 Universitas Gadjah Mada menanam bibit padi di Desa Karangwungu, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (18/7). Tanam perdana varietas padi baru hasil inovasi peneliti UGM ini bekerja sama dengan Bulog Klaten, startup Agri Sparta, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten dan Gapoktan Karangwungu.
Tim Peneliti dan Budaya padi Gamagora dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Taryono, mengatakan penanaman padi merupakan hasil dari kerjasama pentahelix untuk mendukung program pertanian berkelanjutan dengan budidaya modern yang rendah emisi karbon. “Untuk mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan ini, selain menanam padi Gamagora kita juga menggunakan pupuk organik SSF (Super Smart Fertilizer),” katanya.
Guru Besar Fakultas Pertanian ini menambahkan, sinergi antar berbagai pihak ini akan memperluas pemahaman dan wawasan petani tentang keunggulan dari padi Gamagora. “Kita menyebutnya padi amphibi arena bisa di lahan kering maupun lahan basah,” katanya.
Adanya demplot penanaman padi Gamagora di Klaten ini menurut Taryono juga akan menjadi bahan evaluasi bersama antar tim dengan pihak terkait sehubungan tingkat produktivitas padi Gamagora rata-rata produksinya mencapai lebih dari 9 ton per hektar. Taryono berharap hasil panen Gamagora di Klaten bisa menunjukkan hasil yang sama. “Di Ngawi, hasil panen demplotnya sudah sanagat mendekati target 9,7 ton gabah per hektar. Kemarin saat panen 9,1 ton per hektar,” katanya.
Dengan banyak lokasi area penanaman padi Gamagora ini menurut Taryono, tim dari UGM juga mengetahui tingkat kesenjangan dari perbedaan produktivitas padi per hektarnya di setiap wilayah. Untuk meningkatkan produktivitas bisa sesuai dengan target, pihaknya juga memperkenalkan pupuk hasil inovasi para peneliti UGM yang menggunakan limbah sekam padi, dedaunan dan limbah bulu ayam.“Ada inovasi lain, UGM juga mengembangkan pupuk mikro boleh diujikan agar tanamannya tidak akan mati sebaliknya tambah sehat,” kata Taryono mempromosikan di hadapan para petani.
Ketua Gapoktan Dadi Mulyo, Karang Wungu, Kuwato, menyampaikan bahwa pihaknya mendukung ditanamnya padi Gamagora agar bisa meningkatkan kesejahteraan petani dengan adanya peningkatan jumlah hasil panen padi per hektarnya. Apalagi dalam pembinaan budidaya tanam padi Gamagora ini, pihaknya didampingi oleh Agri Sparta yang mengenalkan penggunaan teknologi modern.“Kita ingin kesejahteraan kami semua kedepannya dapat meningkat dan lebih maju. kKami tidak bangkit sendiri tanpa campur tangan bapak ibu semua,” katanya.
Perwakilan DKPP Klaten, Walidi, berharap kegiatan penanaman padi Gamagora ini dapat berhasil sehingga bisa diterapkan di wilayah lain. “Mudah-mudahan bisa dikerjasamakan dan bisa meningkatkan produksi sehingga pendapatan petani meningkat,” ujarnya.
Agus Yuniarto anggota DPRD Klaten yang baru terpilih mengatakan padi Gamagora ini bisa dikenalkan lebih luas di kalangan petani Klaten agar bisa memakmurkan para petani dan mendukung program ketahanan pangan.
COO Agri Sparta Husnul Mubarok menuturkan pihaknya melaksanakan project on farm dengan menggunakan varietas padi Gamagora. Ia berharap melalui tanam perdana ini akan di perluas di wilayah yang lain karena pihaknya akan menyerap hasil panen padi tersebut dengan bekerja sama dengan Perum Blog. “Moto kita itu ingin membantu petani dan berbagi ilmu dengan petani lewat teknologi yang kita kenalkan. Nantinya Bulog menerima hasil panen dan setelah itu pelan-pelan project ini bisa menyebar di wilayah lain,” katanya.
Seperti diketahui, sesuai dengan nama julukannya, padi dengan nama produk Gamagora ini merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah. Kemunculan varietas padi ini untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global baik karena el-nino dan la-nina dan dampak pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektar per tahun. Dengan nama Gamagora 7, padi ini memiliki keunggulan dari sisi hasil produksi, tahan terhadap hama wereng dan penyakit serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun lahan tadah hujan.
Penulis: Gusti Grehenson