Universitas Gadjah Mada menggelar Rapat Senat Terbuka sebagai puncak peringatan Dies Natalis ke-76 dengan tema Kampus Sehat, Pilar Kemandirian dan Ketahanan Bangsa pada Jumat (19/12) di Grha Sabha Pramana. Agenda tahunan ini menjadi ruang refleksi perjalanan UGM dalam meneguhkan peran keilmuan yang berpihak pada kemanusiaan dan keberlanjutan. Hadirnya sivitas, alumni, serta para mitra menandai kuatnya ikatan UGM sebagai rumah bersama pengabdian ilmu. Di usia ke-76, UGM menegaskan tekad untuk terus tumbuh sebagai universitas yang relevan dan berdampak bagi bangsa.
Dalam Laporan Tahunan Rektor, UGM mengawali rangkaian acara dengan menyampaikan duka mendalam atas bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera. Ungkapan belasungkawa tersebut menjadi pengingat bahwa empati dan solidaritas merupakan nilai dasar yang terus dihidupi oleh universitas. Rektor, Prof. Ova Emilia, mengungkapkan bahwa UGM turut mengambil peran aktif melalui berbagai inisiatif kemanusiaan yang melibatkan lintas fakultas, alumni, dan mitra strategis. “Atas nama Universitas Gadjah Mada, kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada saudara-saudara kita di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh, semoga diberikan ketabahan dan pemulihan,” ujarnya.
Dari refleksi kemanusiaan, Rektor kemudian mengulas capaian UGM sekaligus arah transformasi kampus ke depan. UGM menempatkan riset dan inovasi sebagai penggerak utama untuk menjawab tantangan global dan nasional. Pergeseran dari teaching university menuju universitas berbasis riset dan inovasi dipandang sebagai langkah strategis untuk memperkuat peran kampus bagi masyarakat. “UGM berkomitmen mengubah budaya akademik dari teaching culture menjadi research and innovation culture agar riset dan inovasi yang kami hasilkan bisa memberi dampak nyata,” tegasnya.

Transformasi tersebut berangkat dari kesadaran bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas manusia yang sehat dan tangguh. Kesadaran inilah yang mengemuka dalam pidato Dies Natalis yang disampaikan Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H. Ia menekankan bahwa kesehatan merupakan fondasi utama dalam memanfaatkan bonus demografi Indonesia. “Jika kualitas kesehatan dan pendidikan tidak diperbaiki, bonus demografi bisa berubah menjadi beban dan kita kehilangan peluang emas,” ujarnya.
Dalam konteks itu, Utarini mengurai berbagai tantangan kesehatan generasi muda yang kerap luput dari perhatian. Mulai dari gizi, kesehatan mental, hingga dampak lingkungan dan perubahan iklim, seluruhnya saling terkait dalam membentuk kualitas hidup manusia. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar kebijakan dan inovasi benar-benar menyentuh kehidupan sehari-hari. “Kita harus membangun jembatan antara sains dan kemanusiaan agar inovasi hadir dalam realitas sosial,” katanya.
Anugerah Universitas Gadjah Mada
Upaya membangun generasi sehat perlu berjalan seiring dengan penguatan kemandirian dan kewirausahaan. Semangat ini tercermin dalam penyerahan Anugerah Universitas Gadjah Mada bidang pengembangan kewirausahaan kepada Prof. (em) Eka Sari Lorena Soerbakti. Ia terlibat aktif dalam pengembangan ekosistem UGM Preneurs bersama Fakultas Teknologi Pertanian dan sejumlah fakultas lain untuk menjembatani riset akademik dengan kebutuhan masyarakat dan industri. Ekosistem ini dirancang agar mahasiswa memahami proses hilirisasi inovasi, penguatan ekosistem usaha, hingga keberlanjutan gagasan berbasis ilmu. “Kami ingin mahasiswa UGM mandiri, berani menciptakan hal baru, dan membawa riset agar manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” tuturnya.

Eka berujar penguatan kewirausahaan itu berlanjut pada upaya membangun ekosistem yang memungkinkan inovasi tumbuh secara berkelanjutan. Kolaborasi antara universitas, industri, dan masyarakat dipandang sebagai kunci agar gagasan tidak berhenti di ruang akademik. Dengan dukungan ekosistem yang tepat, mahasiswa diharapkan mampu berkiprah di tingkat nasional maupun global. “UGM memiliki potensi besar, mahasiswanya tidak kalah pintar dari mahasiswa asing. Jadi saya yakin UGM bisa melahirkan wirausaha berkarakter yang berkontribusi bagi bangsa,” ungkapnya.
Semangat menghadirkan riset yang berdampak bagi publik juga tercermin pada penguatan bidang strategis lain, yakni riset kehalalan produk. Anugerah UGM bidang pengembangan riset kehalalan produk dianugerahkan kepada Prof. Abdul Rohman dari Fakultas Farmasi. Ia menegaskan pentingnya riset halal berbasis sains untuk menjawab kebutuhan regulasi dan perlindungan konsumen di Indonesia. “UGM hadir untuk menjawab tantangan riset halal melalui pendekatan ilmiah yang kuat dan berkelanjutan,” katanya.
Rangkaian Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-76 UGM menegaskan peran kampus sebagai ruang bertemunya ilmu, empati, dan keberpihakan pada masa depan bangsa. Dari refleksi kemanusiaan, penguatan riset, hingga apresiasi atas dedikasi sivitas akademika, UGM menunjukkan arah transformasi yang konsisten. Kampus sehat dimaknai sebagai ekosistem yang menumbuhkan manusia secara utuh, baik fisik, mental, maupun sosial. Dengan semangat tersebut, UGM melangkah ke usia 76 tahun sebagai pilar kemandirian dan ketahanan bangsa.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto
