
Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan Direktorat Perencanaan, Data dan Informasi, Pemeringkatan, Hubungan Masyarakat, dan Kerjasama (PDIPHK) Universitas Negeri Malang, pada Selasa (23/9) di Gedung Pusat UGM. Kunjungan tersebut disambut langsung oleh Sekretaris Universitas UGM, Dr. Andi Sandi ATT, S.H., LL.M., bersama jajaran staf humas, pemberitaan, serta Direktorat Kemitraan dan Relasi Global UGM. “Kami sangat senang dapat menyambut rombongan Universitas Negeri Malang dan berharap pertemuan ini menjadi ruang tukar pengalaman sekaligus memperkuat jejaring antar perguruan tinggi,” ungkap Sandi.
Dalam sambutannya, Sandi memaparkan dinamika peran sekretariat universitas yang kini membawahi berbagai bidang strategis, mulai dari kehumasan, protokol, hingga biro transformasi digital. Ia menyebut layanan terpadu, satgas kekerasan seksual, hingga pengelolaan kesehatan mental mahasiswa sebagai isu penting yang ditangani UGM setiap hari. “Kami selalu berupaya menempatkan pelayanan publik sebagai prioritas utama, karena UGM pada dasarnya adalah institusi pendidikan yang harus hadir menjawab kebutuhan mahasiswa dan masyarakat,” terangnya.
Sandi juga menekankan bahwa keberadaan mahasiswa sebagai pusat layanan menjadi perhatian utama universitas. UGM mendorong berbagai inovasi digital, seperti platform Lean Intelligent Service Assistance (LISA), serta memperkuat layanan sertifikasi profesi. Selain itu, UGM terus menjaga keterjangkauan biaya pendidikan melalui skema Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang berpihak pada mahasiswa prasejahtera. “Lebih dari 60 persen mahasiswa UGM berasal dari keluarga prasejahtera, sehingga kebijakan yang berpihak kepada mereka terus kami perkuat,” jelas Sandi.
Rombongan UM yang dipimpin oleh Direktur PDIPHK, Dr. Yuni Rahmawati, S.T., M.T., menyampaikan bahwa kedatangan mereka juga membawa sejumlah pejabat bidang informasi, publikasi, dan kerjasama. Menurutnya, kunjungan ini dimaksudkan untuk belajar dari pengalaman UGM dalam mengelola isu kehumasan, pemeringkatan, serta branding universitas di tingkat nasional maupun internasional. “Kami kagum bagaimana UGM mampu menjaga konsistensi branding dan pengelolaan komunikasi publik, sekaligus tetap dekat dengan masyarakat luas,” ujar Yuni.
Dalam kesempatan tersebut, Yuni juga menuturkan pengalaman UM dalam meraih penghargaan pemeringkatan nasional tiga tahun berturut-turut. Ia mengakui bahwa capaian tersebut tidak terlepas dari peran pimpinan universitas dalam mendukung berbagai proses penilaian. Namun, ia menegaskan bahwa mempertahankan capaian tidaklah mudah tanpa adanya strategi komunikasi dan dukungan kolaborasi. “Kami berharap dapat menggali lebih banyak peluang kerjasama, khususnya dengan belajar dari praktik baik yang sudah dilakukan UGM,” jelasnya.
Yuni juga menyoroti pentingnya dampak dari kerjasama yang dibangun, baik secara sosial maupun ekonomi. Mereka menilai UGM memiliki pengalaman yang bisa menjadi model dalam menjalin kemitraan strategis, mulai dari program KKN, riset bersama, hingga kerjasama dengan perusahaan besar maupun lembaga internasional. “Kami melihat UGM selalu menjadi rujukan banyak pihak dalam menjalin kerjasama, dan pengalaman itu penting bagi UM untuk kami pelajari,” tuturnya.
Andi Sandi kemudian membahas tata kelola kerjasama yang dijalankan UGM melalui Direktorat Kemitraan dan Relasi Global. UGM menekankan pentingnya mekanisme legal review yang melibatkan staf hukum, dosen, hingga mahasiswa fakultas hukum agar setiap dokumen kerjasama tetap sesuai regulasi. Sistem Lentera juga digunakan sebagai instrumen monitoring capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). “Seluruh dokumen kerjasama, baik dalam maupun luar negeri, dikelola secara terintegrasi dengan melibatkan unit-unit terkait, sehingga setiap inisiatif tetap terukur dan sesuai kepentingan universitas,” kata Sandi.
Di penghujung pertemuan, kedua universitas sepakat untuk menjajaki peluang sinergi di berbagai bidang. UGM menekankan bahwa kolaborasi antar perguruan tinggi menjadi kunci dalam menjawab tantangan pendidikan tinggi di era globalisasi. “Pertemuan ini menjadi pintu bagi lahirnya kerjasama yang lebih luas antar perguruan tinggi, karena tantangan ke depan hanya bisa dijawab dengan kolaborasi,” pungkas Sandi.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto