Universitas Gadjah Mada mewisuda 1.391 lulusan Program Pascasarjana terdiri 1.187 lulusan Program Magister, termasuk 2 wisudawan Warga Negara Asing, 89 lulusan Program Spesialis, 8 lulusan Program Subspesialis, 107 lulusan Program Doktor. Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menyampaikan ucapan selamat kepada Wisudawan dan Wisudawati yang telah berhasil meraih gelar akademik jenjang S2, S3, Spesialis, Subspesialis, maupun Doktor di Universitas Gadjah Mada.
”Selamat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Wisudawan dan Wisudawati program Pascasarjana atas kerja keras selama menyelesaikan program pendidikan,” kata Rektor, Rabu (24/4) di upacara wisuda yang berlangsung di Grha Sabha Pramana.
Dalam kesempatan itu, Rektor juga menyampaikan penghargaan pada keluarga dan semua pihak yang telah mendukung dan mendampingi pendidikan para Wisudawan dan Wisudawati sampai ke jenjang kelulusan ini. ”Saya percaya dengan bekal ilmu pengetahuan dan kompetensi yang Saudara sekalian miliki akan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menopang pembangunan bangsa di masa depan,” katanya.
Dalam pidato sambutannya, Rektor mengatakan lembaga pemeringkat universitas dunia, QS World University Ranking by Subject tahun 2024, menempatkan UGM masuk ranking 61 dunia di bidang Theology, Divinity and Religious Studies. Bahkan UGM menjadi satu-satunya kampus di Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Selain itu, bidang ilmu antropologi yang juga masuk dalam daftar ranking 51-100 dunia. Menurutnya, Program Pascasarjana berkontribusi besar dalam pencapaian UGM untuk masuk dalam peringkat dunia. ”Tahun ini, ada 25 bidang studi di UGM yang masuk dalam ranking dunia di QS WUR by Subject. Pengakuan ini tentunya sangat membanggakan dan patut kita syukuri, karena merupakan hasil capaian dan kerja keras terutama dari pimpinan Fakultas dan Sekolah Pascasarjana UGM,” ujarnya.
Mengutip pidato Presiden Joko Widodo, Rektor menegaskan bahwa Pendidikan Pascasarjana sebagai tulang punggung yang diarahkan untuk mencetak sumber daya manusia profesional baik dari sisi capaian gelar akademik maupun kompetensi profesi yang memiliki kapasitas penguasaan pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan etika profesi. ”Semuanya memerlukan mahasiswa untuk memiliki kesejahteraan fisik dan mental prima agar mampu belajar dengan optimal. Oleh karena itu, kesejahteraan ataupun kesehatan fisik maupun mental mahasiswa memegang peran penting dalam kehidupan akademik di kampus agar bisa berprestasi secara akademik dan non akademik,” katanya.
Rektor juga sempat menyinggung terkait hasil skrining dari Kemenkes RI terhadap mahasiswa pendidikan dokter spesialis di seluruh Indonesia yang sebagian besar mengalami gangguan kesehatan mental, distres, dan depresi serta adanya keinginan untuk bunuh diri selama menjalani pendidikan. Menanggapi hasil laporan tersebut, kata Rektor, UGM sejak dahulu selalu menekankan pengelolaan kesehatan mental para mahasiswanya yang memerlukan upaya komprehensif mulai dari pencegahan, intervensi individu dan kelompok, dukungan lingkungan, dan peningkatan kesadaran di lingkungan kalangan civitas. ”UGM sebagai kampus inklusif telah menyediakan juga berbagai upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan mental di kalangan mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan. Sekarang ini kita sedang menjalin kerja sama dan berkolaborasi dengan institusi di luar negeri agar UGM menjadi kampus inklusif,” paparnya.
Wakil wisudawan dari program pendidikan spesialis Fakultas Kedokteran Gigi, drg. Irene Sanita Lanny, MPH., SP.Ort., mengatakan dirinya menyampaikan ungkapan rasa syukur karena pernah mendapatkan kesempatan mengenyam Pendidikan di kampus UGM. “UGM telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan semoga ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Sebagai alumni kita memiliki tanggung jawab moral sebagai agen di masyarakat, menjadi generasi cerdas tapi beretika kita harus tetap memegang teguh nilai kebenaran dan cinta kasih,” ujarnya
Sementara Ketua Pengurus Kagama Kalimantan Selatan, Dr. dr. Mohammad Rudiansyah berpesan agar para wisudawan setelah lulus dan bekerja di tempat baru agar selalu membawa nama baik almamater, tetap bersikap bijak, menjadi pemersatu dan bisa menjadi contoh. “Tetaplah berkarya sesuai dengan tugas dan profesi. Untuk membangun daerah dengan teman-teman di Kagama,” terangnya.
Seperti diketahui pada wisuda kali ini, masa studi rata-rata untuk Program Magister adalah 2 tahun 3 bulan, dan waktu studi tercepat diraih oleh Arif Muazam dari Program Studi Magister Biologi, Fakultas Biologi, yang menyelesaikan studinya dalam waktu 1 tahun 0 bulan. Rerata usia lulusan Program Magister periode ini adalah 29 tahun 6 bulan 16 hari. Lulusan termuda diraih oleh Yoke Sarah Asafita dari Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum dengan usia 21 tahun 9 bulan 26 hari. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan Magister adalah 3,71. Terdapat 8 lulusan yang memiliki IPK tertinggi 4,00, sekaligus berpredikat Pujian, satu di antaranya adalah Beatrix Marendeng Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan.
Sementara untuk Program Spesialis, masa studi rata-rata Program Spesialis periode ini adalah 4 tahun 2 bulan, dan waktu studi tercepat diraih oleh Aulia Ayub dari Program Studi Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelesaikan studinya dalam waktu 2 tahun 5 bulan 13 hari. Sekaligus menjadi lulusan termuda yang menyelesaikan studi Spesialisnya pada usia 27 tahun 6 bulan 9 hari dari rerata usia lulusan Program Spesialis periode ini adalah 34 tahun 6 bulan 16 hari.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan Program Spesialis adalah 3,78. IPK tertinggi lulusan program Spesialis periode ini terdapat 2 orang yang memiliki IPK tertinggi 4,00 sekaligus berpredikat Pujian yaitu Aulia Ayub dan Irenne Sanita Lanny, yang keduanya berasal dari Program Studi Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi.
Sedangkan untuk jenjang Program Doktor, masa studi rata-rata Program Doktor adalah 4 tahun 10 bulan, dan waktu studi tercepat diraih oleh Suwardi dari Program Studi Doktor Ilmu Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, yang berhasil meraih gelar Doktor dalam waktu 2 tahun 7 bulan 4 hari. Rerata usia lulusan Program Doktor adalah 41 tahun 6 bulan 16 hari. Lulusan termuda diraih oleh Mu’amar Musa Nurwigantara dari Program Studi Doktor Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang menyelesaikan studinya pada usia 25 tahun 8 bulan 27 hari.
IPK rata-rata lulusan Program Doktor (S3) periode ini adalah 3,87. IPK tertinggi lulusan program Doktor periode ini terdapat 12 wisudawan yang memiliki IPK tertinggi 4,00 sekaligus berpredikat Pujian satu diantaranya diraih Suwardi dari Program Studi Doktor Ilmu Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Firsto