
Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan prosesi wisuda bagi 917 lulusan Program Pascasarjana dalam Wisuda Periode IV Tahun Akademik 2024/2025 yang berlangsung di Grha Sabha Pramana, Rabu (23/7). Para lulusan terdiri atas 746 dari Program Magister, 74 dari Program Spesialis, 18 dari Program Subspesialis, dan 79 dari Program Doktor, termasuk dua lulusan warga negara asing. Prosesi ini menjadi momen bersejarah yang menandai puncak perjalanan akademik sekaligus awal kontribusi lulusan di berbagai bidang. UGM terus mendorong keunggulan akademik dan relevansi sosial dari seluruh program pascasarjana yang ditawarkan.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, menyampaikan apresiasi atas capaian akademik para lulusan. Ia juga menekankan pentingnya membangun jejaring profesional untuk menunjang karier di masa depan. Wening juga menyebut bahwa keberhasilan para lulusan bukan hanya hasil kerja keras individu, tetapi juga hasil kolaborasi antara sivitas akademika, keluarga, dan institusi. Di tengah perubahan global, ia berharap lulusan UGM tetap menjadi sosok adaptif dan visioner. “Jangan lupa bahwa berjejaring adalah salah satu kunci sukses dalam karir. KAGAMA bisa menjadi salah satu jejaring Anda yang jelas sudah di depan mata,” ujarnya.
Pada wisuda kali ini, Program Magister mencatat rata-rata masa studi 2 tahun 1 bulan. Mahendra Pamungkas dari Magister Manajemen FEB Kampus Jakarta menjadi lulusan tercepat dengan masa studi hanya 11 bulan. Lulusan termuda adalah Safira Nur Aini dari Magister Agronomi, Fakultas Pertanian, yang menyelesaikan studi pada usia 22 tahun 7 bulan 18 hari. Sebanyak 386 lulusan Magister meraih predikat pujian dengan rerata IPK 3,72, dan 14 di antaranya memperoleh IPK sempurna 4,00. Fakta ini menunjukkan bahwa mahasiswa UGM mampu menyeimbangkan tuntutan akademik dengan komitmen terhadap keunggulan. Berbagai capaian ini juga mencerminkan mutu pendidikan dan dukungan sistem akademik yang solid di lingkungan pascasarjana.
Pada Program Spesialis, rata-rata masa studi adalah 4 tahun. Noorasyilla Galuh Paramesti dari Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) menjadi lulusan tercepat dengan masa studi 2 tahun 10 bulan 8 hari. Lulusan termuda adalah Christopher Ernesto Budi dari program yang sama. Sebanyak 48 lulusan meraih predikat pujian dengan rerata IPK 3,80, dan IPK tertinggi 3,99 diraih oleh Vania Erriza dari FKG. Para lulusan spesialis ini menunjukkan dedikasi tinggi dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan klinis dan pengembangan ilmu. Kontribusi mereka sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan layanan kesehatan di tingkat nasional maupun global.
Sementara itu, Program Subspesialis mencatat rerata masa studi 2 tahun 8 bulan. Azwar Aruf dari Subspesialis Ilmu Kesehatan Anak FK-KMK menjadi lulusan tercepat dengan masa studi 2 tahun dan juga memperoleh IPK tertinggi 3,99. Lulusan termuda dari program ini adalah Gita Novalina. Terdapat 14 lulusan berpredikat pujian dari total 18 lulusan, dengan rerata IPK 3,82. Lulusan dari program ini diharapkan mampu memperkuat sistem pelayanan kesehatan rujukan di berbagai daerah di Indonesia.
Untuk Program Doktor, rata-rata masa studi tercatat 4 tahun 3 bulan. Yustinus Maladan dari Program Doktor Biologi, Fakultas Biologi, menjadi lulusan tercepat yang meraih gelar Doktor dalam waktu 2 tahun 9 bulan 7 hari. Lulusan termuda adalah Fikhri Astina Tasmara dari Program Doktor Fisika FMIPA yang lulus di usia 25 tahun 8 bulan 16 hari. Sebanyak 41 lulusan meraih predikat pujian, dan 22 di antaranya memperoleh IPK sempurna 4,00, dengan rata-rata IPK seluruh lulusan Program Doktor sebesar 3,87. Pencapaian ini menunjukkan daya saing akademik lulusan doktoral UGM di tingkat nasional maupun internasional. Mereka diharapkan menjadi pemimpin riset dan inovasi di berbagai sektor strategis.
Sekretaris Daerah Provinsi Aceh yang juga Pengurus Pusat KAGAMA, Muhammad Nasir, menekankan pentingnya membawa nilai-nilai keilmuan dan integritas sebagai alumni UGM. Ia juga mengajak para lulusan untuk menjadikan pendidikan tinggi sebagai investasi sosial yang berdampak luas bagi masyarakat. Spirit pengabdian dan tanggung jawab moral sebagai alumni UGM harus selalu melekat dalam setiap langkah. “Menjadi manusia yang berilmu harus diiringi dengan kesadaran untuk belajar, rendah hati, dan terbuka terhadap dinamika zaman. Dunia kini bergerak cepat dan tantangan global akan terus hadir. Kami yakin lulusan UGM akan mampu menjawab tantangan ini dengan kearifan, keberanian, dan kolaborasi yang kuat,” ujarnya.
Mewakili para wisudawan, Yustinus Maladan menyampaikan refleksi atas perjalanan akademiknya selama menempuh studi doktoral. Ia mengajak para lulusan untuk siap menghadapi perubahan zaman yang ditandai dengan percepatan teknologi dan kecerdasan buatan. Yustinus juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk menjawab persoalan bangsa. Ia percaya bahwa lulusan UGM mampu hadir sebagai agen perubahan dengan kontribusi nyata di berbagai sektor. “Nilai yang saya pelajari selama belajar di UGM adalah bagaimana kita mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk bertahan, bahkan untuk menciptakan perubahan,” ungkapnya.
Yustinus juga menyoroti potensi kekayaan hayati Indonesia yang perlu dimanfaatkan secara berkelanjutan melalui pendekatan ilmiah. Ia menyampaikan keyakinannya bahwa para alumni UGM dapat mengambil peran besar dalam pengembangan inovasi berbasis biodiversitas. Menurutnya, pemanfaatan teknologi dan riset harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan. Momentum kelulusan ini diharapkan menjadi awal dari kiprah besar lulusan dalam menghadirkan solusi berbasis ilmu dan nilai kemanusiaan. “Saya yakin, sebagai alumni UGM kita mampu memberikan kontribusi besar dalam bidang-bidang tersebut,” tambahnya.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor: Triya Andriyani
Foto: Donnie