Kemajuan teknologi di Indonesia yang didukung dengan infrastruktur dan regulasi yang memadai, telah mendorong pertumbuhan ekonomi digital secara signifikan. Laporan e-Conomy SEA 2022 dari Google, Temasek, dan Bain & Company, menyebut ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai $146 miliar pada tahun 2025, meningkat dari $70 miliar pada tahun 2021.
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2021 menyebut pertumbuhan ini juga sejalan dengan peningkatan penetrasi internet yang mencapai 73,7 persen dari total populasi pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan peluang besar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memanfaatkan teknologi dalam strategi pemasaran mereka.
Meski demikian, masih banyak UMKM yang belum sepenuhnya memanfaatkan potensi platform pemasaran, diantaranya e-commerce. Pada tahun 2022, jumlah usaha e-commerce di Indonesia meningkat sebesar 4,46 persen menjadi 2.995.986 usaha.
Meski begitu, data BPS tahun 2022 juga masih banyak juga UMKM yang belum beralih ke platform ini. Survei eCommerce 2023 di 4.252 Blok Sensus di 302 Kabupaten/Kota oleh Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa sebagian besar UMKM masih merasa lebih nyaman berjualan secara langsung (offline), dan banyak yang kurang memiliki pengetahuan serta keahlian dalam berjualan online.
Melihat persoalan dan kebutuhan UMKM guna meningkatkan pertumbuhan pelanggan dalam strategi pemsarannya secara optimal, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan pelatihan. Acara yang dikemas UMKM Class Series #6 Menggaet Konsumen Melalui Growth Hacking, Aplikasi Mobile, dan Facebook Ads menghadirkan pembicara Rizqie Indra Maulana, S.Kg., Chief Marketing Officer Berlima Digital, Deddy Effendy, S.T., CEO CV. Palem Craft Jogja, dan Adrian Leo Hadipradata, S.T., CEO Berlima Digital dengan moderator Agus Ngadianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D., dosen Sekolah Vokasi UGM.
Rizqie Indra Maulana yang mengupas soal Strategi Growth Hacking untuk UKM, Trik Cepat untuk Pertumbuhan Bisnis mengatakan di era digital yang terus berkembang, strategi Growth Hacking menjadi sangat relevan bagi UMKM untuk mencapai pertumbuhan pelanggan yang cepat dan berkelanjutan. Studi oleh Startup Genome tahun 2021, disebutnya menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi Growth Hacking dapat tumbuh 3,5 kali lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak.
“Dengan pendekatan yang inovatif dan eksperimental, Growth Hacking memungkinkan UMKM menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan konversi penjualan”, katanya.
Deddy Effendy yang mendiskusikan soal Jualan Online Berbasis Aplikasi Mobile memaparkan penggunaan aplikasi mobile menjadi sarana yang sangat efektif dalam mendekatkan produk atau layanan UMKM dengan konsumen. Data dari We Are Social dan Hootsuite tahun 2023 memperlihatkan sebanyak 90 persen pengguna internet di Indonesia mengakses internet melalui perangkat mobile. Sementara waktu yang dihabiskan pengguna pada aplikasi mobile meningkat sebesar 30 persen pada tahun 2021.
“Ini menunjukkan pentingnya aplikasi mobile dalam memberikan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan meningkatkan keterlibatan konsumen”, ungkapnya.
Adrian Leo Hadipradata, S.T., selaku CEO Berlima Digital yang mengupas Facebook Ads Mendulang Cuan dan Anti Boncos menjelaskan pemanfaatan Facebook Ads juga menjadi strategi yang sangat potensial bagi UMKM. Dengan lebih dari 140 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia pada tahun 2021, platform ini mampu menyediakan peluang besar untuk menjangkau konsumen secara luas.
“Laporan dari Social Media Examiner tahun 2021 mengungkap 72 persen pemasar yang menggunakan Facebook Ads melaporkan efektivitas iklan dalam meningkatkan penjualan dan brand awareness melalui platform ini”, terangnya.
Dr. dr. Rustamaji, M.Kes selaku Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat UGM mengatakan usaha UMKM dengan melibatkan kemajuan teknologi menjadi suatu keharusan. Menurutnya, meski dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja akibat perang di berbagai kawasan, namun yang terpenting bagi para pelaku UMKM produksinya harus tetap laku, dikenal dan laris.
Lebih dari itu, katanya, para pelaku UMKM harus mulai mempersiapkan diversifikasi produk. Diversifikasi produk nampaknya sudah menjadi keharusan saat ini, karena seperti produk Indomie dengan berbagai varian rasa ternyata hanya berumur 2 tahun.
“Dengan fenomena ini, artinya bagi para pelaku UMKM untuk selalu bersiap jika pasar mengalami kejenuhan selera, para UMKM bisa menawarkan dengan alternatif produk yang lain agar market tetap terjaga”, katanya.
Penulis : Agung Nugroho