Kampus UGM Yogyakarta kini memiliki rumah ibadah bagi umat Katolik. Bangunan Kapel St. Athanasius Agung di Kawasan Kerohanian UGM itu diberkati oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko, Kamis (22/2) sore.
Uskup Rubi dalam khotbahnya pada Misa Pemberkatan Kapel Kampus menyampaikan homili yang menggugah hati umat. Gereja yang indah, bahkan sebagian menyebutnya seperti di dalam mal, telah menjadi tempat berbahagia bagi komunitas UGM.
Bapa Uskup mengungkapkan impian untuk memiliki Gereja ini telah menyala selama 40 tahun, sejak masa Imam muda. “Ketika Rektor memberi lampu hijau untuk proyek ini, semua merasa bersemangat dan penuh harapan,” papar Uskup Rubi.
Dalam refleksi yang dilakukan bersama dosen dan komunitas, Romo Rubi menilai pentingnya memiliki Gereja menjadi jelas. Pertama, Gereja adalah lambang eksistensi komunitas, sebuah tempat yang mengakui keberadaan dan kontribusi setiap individu. “Ini sesuai dengan semangat Pancasila yang dianut oleh UGM,” sebutnya.
Kedua, lanjutnya, Gereja adalah tempat untuk merasakan eksistensi bersama, di mana kita bergerak bersama sebagai satu komunitas. Dan ketiga, Gereja adalah tempat untuk bertemu, baik dengan Tuhan maupun sesama. “Meskipun kita bisa berdoa di mana saja, keberadaan Gereja memberikan kepastian dan kesempatan untuk bertemu dengan Tuhan secara khusus melalui sakramen dan Ibadat,” ujarnya.
Uskup Rubi menekankan, Gereja di kawasan Kerohanian UGM ini akan menjadi pusat penggembalaan dan pembinaan iman bagi seluruh komunitas. Hal ini dinilai penting agar setiap individu dapat memperkuat iman dan mendapatkan mahkota keselamatan yang dijanjikan.
Ia juga mengajak semua pihak untuk menggunakan Gereja ini sebagai sarana untuk melayani dan berkontribusi kepada masyarakat. Di akhir homilinya, Bapa Uskup menyerahkan pengelolaan Gereja kepada para Pastor dan umat dengan harapan agar Gereja ini menjadi tempat yang nyaman bagi semua umat.
Ia juga mengingatkan pentingnya kerendahan hati dan kerelaan dalam berkontribusi untuk membangun Gereja ini, baik melalui sumbangan maupun partisipasi aktif.
Dengan penuh semangat dan harapan, peresmian Gereja Kampus UGM menjadi momen yang bersejarah bagi seluruh komunitas UGM. Dan dengan dukungan dan kerja sama semua pihak, keberadaan Kapel ini diharapkan akan menjadi tempat yang suci dan berkat bagi banyak orang dalam masa-masa mendatang.
Misa Konselebrasi dipimpin langsung Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko, didampingi Romo Vikep Yogyakarta Timur Adrianus Maradiyo Pr, Pastor Paroki St Antonius Kotabaru Romo Maharsono SJ dan Pastor Pendamping Mahasiswa Katolik Yogyakarta Romo Agustinus Daryanto SJ. Dalam kesempatan itu Uskup Rubi sekaligus melantik pengurus Misa Kampus dan Pengurus Kapel St Athanasius Agung.
Dengan diresmikannya Kapel Kampus ini, Kampus UGM genap memiliki rumah ibadah enam agama di lingkungan kampus setempat. Selain Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center yang lebih dulu dibangun, menyusul kemudian dibangun dan diresmikan Kompleks Fasilitas Kerohanian meliputi dua bangunan Gereja, masing-masing untuk kegiatan kerohanian agama Katolik dan Kristen Protestan, Wihara untuk peribadatan agama Buddha, Kelenteng untuk peribadatan agama Konghucu, serta Pura untuk peribadatan agama Hindu.
Prof. Dr. Tandelilin Eduardus, M.B.A menambahkan kehadiran Gereja Katholik di Kampus Universitas Gadjah Mada bukan hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan keimanan, persaudaraan diantara civitas akademika Katholik di Universitas Gadjah Mada. Melalui gereja ini civitas akademika Katholik di UGM diingatkan akan pentingnya menjaga toleransi dan keharmonisan dengan umat dari agama lain.
“Semoga dengan pemberkatan gereja oleh Mgr Rubiyatmoko akan menjadi momen yang sangat penting khususnya untuk civitas akademika Katholik Universitas Gadjah Mada sebagai langkah awal memperkuat fondasi iman dan cinta kasih diantara kita”, katanya.
Penulis : Agung Nugroho