Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI, Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., GRCP., mengatakan Indonesia memiliki target untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ekonomi nasional hingga 7 sampai 8% setiap tahunnya agar mampu menjadi negara maju. Cita-cita tersebut menurutnya tidak mustahil untuk dicapai, mengingat sumber daya alam Indonesia begitu melimpah apabila dikelola dengan baik. “Kita saat ini di sektor energi sudah tertinggal beberapa tahun. Padahal kalau kita lihat sumber energi itu cadangannya banyak di Indonesia,” ucap Anggito orasi ilmiah tentang agenda besar nasional di sektor pendidikan dan industri di acara puncak Dies Natalis ke-15 Sekolah Vokasi UGM, senin (28/10) di Ballroom TILC Sekolah Vokasi.
Menurut Anggito, agenda transisi energi sekarang ini sepenuhnya dipegang oleh BUMN sektor energi seperti Pertamina dan Pembangkit Listrik Negara (PLN). Presiden Prabowo ingin agar kedua institusi tersebut menjadi lebih kuat dan berdaya agar mampu memenuhi kebutuhan energi nasional. Apalagi saat ini, produksi energi sudah berada di angka 600 juta ton per barel/tahun. Sedangkan kebutuhan energi 1,5 juta dan terus meningkat setiap tahunnya. “Perusahaan seperti Pertamina dan PLN ini membutuhkan strongest talent ya, jadi itu tugas perguruan tinggi untuk menyediakan SDM yang berdaya saing,” tambah Anggito.
Menjelang bonus demografi tahun 2030 nanti, kata Anggito, jumlah masyarakat kelas pekerja akan mencapai puncaknya dan terancam menyebabkan krisis apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Bagi Anggito, Sekolah Vokasi UGM tentunya menjadi salah satu agent of change dalam membentuk SDM yang kompetitif dan inovatif. Ia mengharapkan, UGM terus berupaya membuka peluang pendidikan seluas-luasnya agar menjangkau masyarakat di daerah. “Talenta-talenta muda berprestasi diharapkan dapat muncul dan berkreasi tanpa halangan ekonomi,” katanya.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menekankan agar SV UGM dapat meningkatkan kapasitasnya. Sebab, pendidikan vokasi dinilai mampu menjembatani perguruan tinggi dan industri dengan berbagai bentuk kerja sama. Terhitung hingga saat ini, terdapat 370 mitra industri maupun institusi lain yang berkolaborasi dengan SV UGM. “Ada dua hal penting bagi sekolah vokasi. Pertama, perlunya mengadaptasi teknologi. Kedua, keselarasan kompetensi untuk menjawab tantangan industri,” tutur Ova.
Ova juga menyebutkan lulusan SV UGM tidak hanya dibentuk untuk memenuhi kebutuhan industri, namun juga SDM yang mampu menciptakan peluang bisnis dan berwirausaha. “Nantinya, generasi muda dapat berinovasi hingga menciptakan lapangan kerja baru berbasis teknologi terkini,” paparnya.
Dekan SV UGM Prof. Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, IPM., ASEAN Eng, dalam pidato laporannya memaparkan sejumlah data pencapaian fakultas dalam setahun terakhir. Tahun ini, SV UGM mencatat jumlah mahasiswa yang semakin meningkat dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, proporsi mahasiswa mengikuti program magang MBKM berjumlah 60,7% dari total mahasiswa atau sebanyak 628 mahasiswa. “Hal ini menunjukkan komitmen SV UGM dalam memberikan pendidikan practice industri pada mahasiswa,” katanya.
Di puncak Dies Sekolah Vokasi kali ini, selain dihadiri deretan pimpinan universitas dan fakultas, acara tersebut juga mengundang Direktur Utama PT. Pertamina, Nicke Widyawati dan Adi Priyanto selaku Direktur Distribusi PT PLN Indonesia. Dalam acara ini, PT. Pertamina memberikan hibah dana pembuatan mini auditorium SV UGM. Sedangkan PT PLN Indonesia memberikan dana bantuan untuk renovasi Collaborative Space. Keduanya ditujukan sebagai bentuk kontribusi industri bagi peningkatan kualitas pendidikan dan mendukung pembentukan generasi kompetitif dan inovatif.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto