Mengingat jumlah kasus zoonosis, khususnya rabies yang terjadi dan menyebabkan kematian mencapai 40% pada anak-anak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menginisiasi kegiatan peningkatan kesadaran zoonosis sejak dini. Kesadaran yang berkelanjutan yang tidak hanya berhenti ketika kegiatan selesai, tetapi dapat menumbuhkan kewaspadaan terhadap zoonosis. Selain itu, pengaruh perkembangan globalisasi meningkatkan penyebaran zoonosis dari satu negara ke negara lain dan tingginya potensi penyakit infeksius baru.
Mengatasi hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) memperluas kegiatan penyadaran zoonosis kepada pelajar SD dan SMP serta mahasiswa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan dukungan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Kolaborasi multisektoral ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap zoonosis di tingkat pendidikan dasar dan perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga membentuk masyarakat yang lebih teredukasi dan tangguh dalam menghadapi ancaman zoonosis di masa depan.
Pada kegiatan Panen Raya serta Tanam Padi dan Jagung di Kabupaten Gunung Kidul (1/7), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI yang diwakili oleh Direktur Pakan, Nur Saptahidayat, secara resmi menyerahkan dokumen kerjasama kegiatan penyadaran zoonosis antara Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan UGM dan BBGP DIY melalui Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nasrullah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dalam sambutannya, menyatakan dukungannya terhadap upaya kolaborasi pencegahan zoonosis ini, “Pengenalan pendidikan zoonosis ke dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi merupakan langkah maju yang signifikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Penting bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk anak-anak, untuk memiliki pengetahuan tentang ancaman penyakit zoonosis.”
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Syamsul Ma’arif, mengatakan “Bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam pencegahan penularan zoonosis. Dengan memberikan pengetahuan, maka kita dapat membekali mereka dengan ilmu sehingga nantinya mampu menjadi agen perubahan di komunitas mereka. Melalui kegiatan penyadaran zoonosis ini juga, anak-anak didik akan diberikan pemahaman terhadap zoonosis seperti cara menjaga hewan tetap sehat, pencegahan penularan, dan cara melindungi diri. Harapan kami, kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses dan mendapatkan dukungan penuh dari semua pihak. Dan semoga dengan kegiatan ini, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam upaya melindungi masyarakat dari penyakit zoonosis.”
Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta, Beny Suharsono, menyoroti pentingnya inisiatif ini, khususnya dalam mengatasi kasus zoonosis seperti antraks. Beny menyatakan, “Perlu intervensi yang tepat sasaran seperti ini kepada masyarakat, petani, pelajar, dan seluruh lapisan masyarakat, agar kasus zoonosis di wilayah Yogyakarta dapat dicegah.”
Program di Yogyakarta ini mengadopsi pendekatan baru dan inovatif dengan menggabungkan kegiatan kesadaran zoonosis di sekolah dasar di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul kemudian diintegrasikan ke dalam kurikulum “Merdeka Belajar”. Sebelumnya, para guru di BBGP Daerah Istimewa Yogyakarta akan diberikan edukasi mengenai pengetahuan zoonosis sehingga mereka dapat memberikan penyadaran zoonosis yang efektif dan komprehensif di sekolah.
Selain itu, Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga telah berkomitmen untuk melaksanakan kerjasama ini di lingkungan universitas. Komitmen tersebut antara lain dengan menyelenggarakan kegiatan pengayaan dan penambahan materi pada kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka, pengabdian masyarakat, peningkatan keterlibatan mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik FKH UGM di dua wilayah di DI. Yogyakarta, yaitu Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunung Kidul. Program KKN tematik berfokus pada pencegahan penyakit antraks. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan praktik yang akan membantu mengendalikan penyakit zoonosis di wilayah tersebut.
“Saya secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Yogyakarta, BBGP, dan UGM atas kemitraan kita dalam mewujudkan pencapaian penting ini. Kami juga terus berterima kasih kepada Menteri Pertanian atas kepemimpinannya yang luar biasa, yang tanpanya, intervensi kesadaran zoonosis ini tidak akan terwujud. Jadi, kita tidak akan meninggalkan siapa pun dalam upaya pembangunan untuk menjaga kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan,” ujar Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Penulis: Humas FKH UGM