BEM KMFT UGM berkolaborasi dengan BEM KM UGM menyelenggarakan acara “JRS x Dialogue #1” (Jagongan Rodok Santai x Dialog No. 1), pada Selasa (19/2) di Kantor Pusat Fakultas Teknik.
Lingkar diskusi rutin yang diadakan untuk membuka ruang bertukar pikiran antar mahasiswa ini mengangkat tema “Isu Energi di Tahun Politik – Suara Millenial: Masa Depan Energi Terbarukan di Indonesia” dengan mendatangkan panelis debat capres untuk menjadi pemantik diskusi, yaitu Ahmad Agus Setiawan Ph.D, dan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang diwakili oleh Direktur Eksekutif Cabang DIY, Halik Sandera.
“Permasalahan energi bukan hanya persoalan jangka pendek. Lebih dari itu, terutama millennials harus sudah menerawang kondisinya di 2045 nanti,” tutur Ahmad Agus.
Ia dan Direktur Eksekutif WALHI, beserta beberapa pakar di bidang energi dan lingkungan, termasuk di dalam tim panelis yang bertanggung jawab untuk menyusun pertanyaan pada sesi debat putaran kedua beberapa waktu yang lalu.
Mengingat pentingnya momen pemilu sebagai sebuah kontestasi politik yang diadakan untuk memilih pemimpin lima tahun ke depan, informasi mengenai grand design para calon presiden, menurutnya, perlu diuji secara kritis oleh masyarakat agar terjadi iklim yang dinamis dalam roda pemerintahan Indonesia .
Hal ini, ujarnya, terlihat saat debat calon presiden digulirkan, yaitu kedua pasangan calon berusaha mengulas visi, misi, beserta langkah konkret yang mereka tawarkan. Pada diskusi kali ini, kedua pemantik membuka jalannya diskusi dengan bercerita soal keberadaan dirinya dalam debat presiden kemarin. Keduanya juga membicarakan kondisi energi dan lingkungan saat ini yang dikaitkan dengan grand design yang dibawa oleh kedua pasangan calon.
“Situasi energi saat ini kerap dijadikan umpan lambung oleh kedua pasangan calon, seperti defisit minyak akibat impor, optimalisasi energi baru terbarukan (EBT) termasuk nuklir – panas bumi – matahari – angin – bio energi, subsidi BBM, ketersediaan, kemandirian, kedaulatan dan keberlanjutan energi di Indonesia terutama bagian timur,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Halik mengungkapkan bahwa isu lingkungan menjadi layaknya partai, itulah mengapa hadir gerakan politik lingkungan hidup. Di tahun mendatang, energi terbarukan harus menjadi fokus utama pemerintah, dan kualitas lingkungan hidup harus menjadi landasan utama pembaruan, salah satu di antaranya pengurangan penggunaaan fosil.
Selain isu-isu tersebut, kedua narasumber membahasa lebih jauh terkait isu kedaulatan energi Indonesia dalam jangka waktu panjang secara periodik.
“Tentunya membutuhkan partisipasi seluruh elemen negara Indonesia, baik pemerintah, LSM, komunitas, dan masyrakat sipil yang memegang peranan penting di dalamnya,” imbuh Ahmad. (Humas UGM/Gloria)