Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengaku optimis Indonesia dapat menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
Hal tersebut ditegaskan Amran saat menyampaikan kuliah tamu bertajuk Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045 di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Senin (12/3).
Di hadapan ratusan mahasiswa UGM, Amran membeberkan peningkatan dan langkah-langkah yang diupayakan di bidang pertanian dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Salah satunya dengan membongkar regulasi yang dianggap dapat menghambat hasil produksi pertanian.
“Regulasi yang baik diteruskan dan bongkar yang menghambat,” jelasnya.
Salah satu regulasi yang akhirnya harus dirombak, kata dia, adalah terkait pengadaan pupuk melalui tender. Regulasi pengadaan pupuk ini harus dihilangkan karena menyebabkan kerugian besar bagi petani.
“Pengadaan pupuk lewat tender dan baru tiba setelah panen. Padahal, jika pupuk telat 1 minggu saja mengakibat kehilangan 1 ton beras dan jika ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia bisa menimbulkan kerugian hingga Rp40 triliun,” urainya.
Menurutnya, kebijakan atau regulasi yang tidak tepat akan memunculkan dampak yang cukup signifikan bagi petani maupun negara.
“Kalau kebijakan keliru itu jauh lebih dahsyat dari koruptor dan begal,”terangnya.
Amran mengungkapkan pernah menjumpai petani-petani yang terpaksa menggoreng bibit jagungnya untuk dimakan. Hal ini disebabkan keterlambatan pupuk maupun pestisida ke tangan petani.
Upaya untuk menwujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan juga dilakukan dengan menerapkan sikap anti korupsi dalam tubuh Kementrian Pertanian. Untuk menekan angka korupsi, pihaknya telah membentuk satgas pangan yang di dalamnya juga terdapat KPK.
Langkah lain yakni dengan mengubah lahan tidur berupa rawa pasang-surut dan tanah tadah hujan menjadi lahan pertanian. Pemanfaatan lahan tersebut dilakukan untuk meningkatkan lahan pertanian dalam negeri.
“Kita juga membangun lumbung pangan di daerah perbatasan sekitar 10 ribu hektar. Dengan berbagai upaya itu dalam 5-10 tahun mimpi bisa menyuplai negara tetangga bisa terwujud,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Amran tidak lupa mengajak mahasiswa UGM untuk berkontribusi dalam membangun bidang pertanian. Misalnya, dengan mengembangkan varietas tanaman yang bisa meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
“Coba temukan varietas jagung 10 tongkol untuk mendukung ekspor,” tantang Amran kepada para mahasiswa.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, menyampaikan bahwa Fakultas Pertanian UGM siap mendukung program pemerintah dalam mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
Jamhari menyebutkan komitmen UGM dalam mendukung sektor pertanian bangsa salah satunya diwujudkan dengan pendirian PT. Pagilaran pada tahun 1964. Perusahaan penghasil teh ini dibangun dengan sistem kemitraan ini melibatkan sekitar 7 ribu petani.
“Kita juga mengembangkan varietas unggul kedelai hitam Malika dan aplikasi digital Desa Apps untuk memudahkan petani dalam bercocok tanam dan berdiskusi dengan pakar pertanian,”urainya. (Humas UGM/Ika; foto:Bani)