Universitas Gadjah Mada kembali meluluskan sebanyak 332 insinyur baru dari program pendidikan profesi insinyur. Pada pelantikan profesi insinyur periode 1 tahun 2022 yang dilaksanakan di Grha Sabha Pramana, Selasa (12/7), sebanyak 240 lulusan insinyur yang dilantik berasal dari Fakultas Teknik, 56 insinyur dari Fakultas Peternakan dan 36 insinyur dari Fakultas Kehutanan. Dengan demikian, total jumlah alumni insinyur yang telah diluluskan oleh UGM dari program profesi insinyur adalah 2.237 orang.
Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., dalam laporannya mengatakan pelantikan insinyur periode pertama tahun 2022 ini dilaksanakan sepenuhnya secara luring setelah periode sebelumnya dilakukan secara bauran. “Kali ini seluruhnya dilakukan 100 persen luring. Kita harapkan di periode selanjutnya tetap dilakukan secara luring,” katanya.
Ia menyebutkan sebanyak 240 insinyur dari Fakultas Teknik yang dilantik terdiri dari jalur reguler 18 orang dan jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) 222 orang. Nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dari jalur reguler diraih oleh Fahd Nazim dengan IPK 3,92. Sedangkan dari jalur RPL diraih oleh Maulin Ariefiyanti Hidayah dengan IPK 3,85. Sedangkan jumlah lulusan berpredikat cumlaude sebanyak 16 orang.
Dari Fakultas Peternakan, jumlah insinyur yang dilantik sebanyak 56 orang terdiri dari 7 orang dari jalur reguler dan 49 orang dari jalur RPL. IPK tertinggi untuk jalur RPL diraih oleh Heri Prasojo dengan nilai IPK 3,92 dan Jenny Soelistiani dengan nilai IPK 3,88. Sedangkan IPK tertinggi dari jalur reguler diraih Dimas Hand Vidya Pradhipta dan Viagian Pastawan yang masing-masing meraih IPK 4,00.
Sementara dari program profesi insinyur Kehutanan yang dilantik sebanyak 36 peserta dengan jumlah lulusan dengan predikat cumlaude sebanyak 6 orang. Adapan predikat IPK tertinggi diraih oleh Satyawan Pudyatmoko yang lulus dengan nilai IPK 3,96.
Salah satu lulusan insinyur yang baru dilantik, Prof. Dr. Ir. Christine Wulandari, mengatakan capaian gelar insinyur semakin meningkatkan profesionalisme dirinya sebagai insinyur kehutanan dari lulusan profesi. “Kami akan lebih profesional ikut membangun sumber daya manusia dan sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan dan tentu saja berkualitas. Ke depan, kita semua paham bahwa tantangan bangsa Indonesia semakin berat, kita harus mampu harus bersaing dalam dinamika kehidupan dan juga merehabilitasi dan merestorasi alam dari ranah lokal, regional maupun global,” katanya.
Menurut dosen Fakultas Kehutanan UGM ini pembangunan sumber daya alam perlu mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan tidak hanya pada batas administrasi pemerintahan namun berbasis landscape. Apalagi menurutnya pemerintah sudah bertekad untuk menurunkan emisi karbon. “Diperlukan tata kelola pemerintahan yang memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kelestarian sumber daya alam,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson