Sebagai follow up dari kunjungan Prof. Sakakibara (Ehime University) pada bulan Agustus, maka empat mahasiswa Ehime University dan seorang staf melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman. Mereka melakukan program pengabdian layaknya mahasiswa KKN sejak tanggal 8–16 September 2015. Program pengabdian ini berlangsung atas inisiatif Dwi Umi Siswanti, M.Sc. (Dosen Fakultas Biologi, UGM) grantee Hibah Desa Binaan dan Prof. Sakakibara dari Ehime University.
Menurut Dwi para mahasiswa Ehime yang melaksanakan pengabdian di Desa Wukirsari adalah Saki Watanabe, Yoshida Natsuko, Taguchi Nana dan Nurfitri Abdul Ghafur dengan staf pendamping Jomae Kyoko. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut mereka didampingi oleh lima orang mahasiswa dari UGM, yaitu Wiko Arif Wibowo (Fakultas Biologi), Hamdan Abdullah Putra (Fakultas Teknik), Alan Chandrasaputra (Fakultas Kedokteran Hewan), Mbue Lasni (Fakultas MIPA) dan Isffa Laela (Fakultas Teknik).
“Kegiatan ini menyerupai kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang setiap semesternya dilaksanakan oleh UGM, hanya saja waktu yang ditempuh lebih singkat,” papar Dwi, Kamis (17/9).
Dwi menjelaskan prosedur kegiatan yang mereka lakukan selama kegiatan antara lain menganalisa masalah masyarakat, merumuskan akar masalah, merumuskan solusi, mengimplementasikan solusi, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang solusi yang telah dirumuskan. Program pengabdian masyarakat mahasiswa Ehime University dengan sistem pendampingan ini adalah program perdana dan rencananya akan dilanjutkan untuk tahun-tahun ke depan.
“Mahasiswi Ehime University bersama mahasiswa UGM bekerja sama untuk menemukan solusi permasalahan masyarakat yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki,”paparnya.
Sementara itu Kepala Padukuhan Bulaksalak, Wukirsari, Sarana, selama menganalisa masalah, mereka fokus pada mata air dan sumur warga yang keruh. Kekeruhan air yang terjadi di Bulaksalak sudah terjadi sejak dahulu. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, para mahasiswa menggunakan serat kapuk. Serat kapuk memiliki kemampuan untuk menyaring kotoran dan menyerap kandungan-kandungan logam yang ada dalam air sehingga akan mengubah air yang keruh menjadi jernih.
“Sumur warga yang keruh terjadi setiap saat, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. Bahkan ketika musim penghujan airnya bisa lebih keruh lagi,” jelas Sarana.
Saat ini pencapaian pengerjaan riset ini sudah sampai tahap pengujian akhir instalasi penyaringan. Diharapkan penelitian ini akan menjadi solusi dan dapat digunakan oleh masyarakat secara berkelanjutan. (Humas UGM/Satria)