JOGJAKARTA (KU) – Penulis novel Cintaku di Kampus Biru, Drs. Ashadi Siregar, Sabtu (3/7), resmi pensiun sebagai dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM. Perayaan pensiun Bang Hadi, panggilan akrab Ashadi, dirayakan kolega, sahabat, dan para mantan mahasiswanya dengan menerbitkan buku Ashadi Siregar: Penjaga Akal Sehat dari Kampus Biru. Tak kurang dari nama-nama terkemuka ikut menyumbangkan pandangan tentang sosok Ashadi ke dalam buku setebal 374 halaman ini, seperti Jakob Oetama, Goenawan Mohamad, Daniel Dhakidae, Garin Nugroho, Emha Ainun Nadjib, dan Butet Kartaredjasa.
Pemimpin Redaksi Media Indonesia, Saur Hutabarat, yang hadir dalam peluncuran dan diskusi buku tersebut, menyebutkan Ashadi bukanlah sosok yang tergiur dengan pragmatisme. Ashadi dikenal keras memegang pendirian. Ia juga dosen yang disipilin. "Sekalipun hidup berpindah-pindah untuk menghindari para penggemarnya, Ashadi selalu datang tepat waktu saat mengajar di kelas, memberi materi pelajaran yang telah dipersiapkan, dan menutup kelas juga sesuai jadwal. Ia tak pernah mangkir, pun tak pernah terlambat menyerahkan nilai ujian ke bagian pengajaran," ujar Saur yang mengenal Ashadi sejak tahun 1974, saat menjadi mahasiswa Jurusan Publistik.
Di mata Saur, Ashadi merupakan sosok guru yang memiliki kemampuan mendengarkan masukan dari orang yang lebih muda. "Banyak guru memiliki kemampuan (intelektual), tapi tidak memiliki kemampuan dengan sabar mendengarkan keluhan dari anak muda," kata Saur.
Meski mengetahui Ashadi tidak suka hal-hal yang berbau seremonial, apalagi merayakan hari pensiunnya dengan meluncurkan sebuah buku, Saur mempunyai alasan lain. Buku tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi kepada Ashadi yang memegang teguh pemikiran akal sehat dalam perkembangan jurnalistik di Indonesia. "Selama 40 tahun, pemikiran atas dasar akal sehat yang selalu dipegang Bang Ashadi. Kita tahu, keberanian bukan diukur melawan kekuasaan, tapi keberanian memegang akal sehat. Bangsa ini bukan hanya membutuhkan kecerdasan, tapi juga memerlukan orang yang memiliki akal sehat dan menjaga akal sehat itu," tambah Saur.
Lain halnya yang disampaikan Rizal Malarangeng. Direktur Eksekutif Freedom Institute ini lebih menilai sosok Ashadi yang apa adanya. Bagi Rizal, Ashadi adalah dosen sekaligus mentor dan sahabat. "Dia memberi motivasi tanpa menggurui. Kalau berdebat dan tidak setuju pada satu gagasan, paling-paling dia hanya tertawa kecil yang agak sinis tanpa terkesan memusuhi dan merendahkan," tutur Rizal.
Tidak hanya Saur dan Rizal yang berkesempatan menyampaikan testimoni tentang sosok Ashadi. Beberapa anak murid dan koleganya satu per satu berkesempatan menyampaikan pengalaman dan pandangan mereka tentang sosok Ashadi muda. Tak jarang, cerita lucu dan kelakuan aneh Ashadi menjadi bahan tertawaan para hadirin. Namun, di akhir cerita testimoni, mereka tetap menyelipkan kalimat, "Selamat ulang tahun, Bang!"
Ashadi Siregar lahir di Pematang Siantar, 3 Juli 1945. Ia menamatkan pendidikan dasar hingga SMA di Kalimantan dan lulus dari Jurusan Publistik Fisipol UGM tahun 1970. Empat tahun kemudian, Ashadi diangkat sebagai dosen tetap yang berstatus pegawai negeri hingga pensiun pada tahun ini. Selain dikenal sebagai novelis, ia juga dianggap sebagai pakar jurnalisme dan ilmu komunikasi meski hanya bergelar S-1. (Humas UGM/Gusti Grehenson)