
Visi Indonesia Emas 2045 merupakan cita-cita dan harapan besar agar bangsa ini menuju perbaikan dan perubahan signifikan di tahun ke-100 perayaan kemerdekaan, dimana mampu menjadi negara dengan kemampuan ekonomi peringkat empat besar dunia dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.
Sayangnya, saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang ketenagakerjaan, yaitu tingginya tingkat pengangguran. Laporan Bank Dunia 2023 menyampaikan data jumlah pengangguran usia produktif Indonesia mencapai 12,5 persen dan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Padahal Indonesia tengah menghadapi bonus demografi dimana penduduk usia produktif yang lebih besar dibanding usia nonproduktif.
Dirjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) RI, Tatang Muttaqin, S.Sos., M.Ed., Ph.D., menyebutkan bidang ketenagakerjaan menjadi salah satu persoalan yang dihadapi penduduk usia produktif RI saat ini. Menurutnya, pendidikan dan keterampilan menjadi faktor penting dalam mempersiapkan masyarakat supaya mereka mampu mendapatkan pekerjaan dan gaji yang layak. “Setiap dari kita berhak mendapatkan pekerjaan layak dan bisa menafkahi keluarga dengan lebih baik,” ujar Dirjen Tatang dalam acara Ramadhan di Kampus yang diselenggarakan oleh Masjid Kampus UGM, Selasa (11/3).
Tatang berpesan agar para pelajar dan mahasiswa perlu mempersiapkan diri, agar dapat menjadi generasi yang terampil dan produktif sehingga dapat mendukung pembangunan nasional.
Selain tantangan di bidang ketenagakerjaan, Tatang juga menyinggung mengenai tantangan di bidang pendidikan. Ia menyebutkan bahwa pelajar Indonesia memiliki kepercayaan diri yang rendah terhadap pendidikan. Ia mengutip hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan bahwa hanya sekitar 35% pelajar Indonesia yang yakin bahwa pendidikan dapat meningkatkan kecerdasan mereka, dibandingkan dengan angka 70% di negara maju. Kondisi ini menurutnya menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang merasa bahwa belajar tidak memberikan dampak besar terhadap masa depan mereka. “Mindset sebagian warga dipengaruhi oleh cara pandangnya. Mereka merasa bahwa dalam posisi ini saya tidak bisa mengubah nasib lebih dari yang lain. Nah, keyakinan bahwa ‘saya bisa mengubah nasib’ inilah yang menjadi bagian penting dari penentu keberhasilan dalam belajar,” ujar Tatang.
Dalam ajaran agama Islam, katanya, keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan keimanan sangat penting dalam membentuk karakter sebuah generasi. Seorang individu tidak hanya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga keimanan agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. “Karakter yang kokoh merupakan kombinasi antara iman, taqwa, dan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Tatang menegaskan program mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa tidak bisa sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah. Seluruh jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi, didukung oleh swasta dapat membantu negara dalam mewujudkan cita-cita Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, semua orang dapat memiliki kesempatan yang sama dalam menuntut ilmu dan meningkatkan derajatnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya. ”Harus ada kolaborasi dari pemerintah, masyarakat, dan semua pihak agar kesempatan mengenyam pendidikan yang bermutu dapat dinikmati oleh semua orang,” ujarnya.
Penulis : Tiefany
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok.Masjid Kampus