
Sebanyak 27 mahasiswa UGM menjalani kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) PPM UGM 2025 di tiga desa di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Mereka mulai 21 Juni – 8 Agustus 2025 melakukan pengabdian di Desa Ngrundul, Desa Pluneng, dan Desa Malangjiwan dengan program kerja utama yaitu pembuatan film promosi wisata dengan tema wonderful Kebonarum, website potensi desa wisata, sosialisasi dan pembelajaran interaktif, dan kegiatan sarasehan pariwisata.
Sebagai simbolisasi dan tanda dimulainya KKN UGM digelar Sarasehan Desa Wisata di Kecamatan Kebonarum, Klaten, Rabu (25/6). Diskusi menghadirkan naras umber Camat Kebonarum, I Nyoman Gunandika, S.E dan Dr. Destha Titi Raharjana, peneliti Puspar UGM. Sarasehan digelar sebagai upaya menggali potensi alam yang dimiliki desa-desa di Kecamatan Kebonarum, dan salah satu yang menonjol yang dimiliki Kabupaten Klaten adalah keberadaan umbul alias mata air.
I Nyoman Gunandika selaku Camat di Kebonarum menyambut baik dan berterima kasih adanya kegiatan KKN UGM. Diharapkan para mahasiswa UGM mampu berbaur dan memetakan potensi serta mendorong pengembangan berbagai potensi yang dimiliki tiga desa yang dijadikan lokasi KKN. “Kita sangat berharap kerja dan upaya para mahasiswa KKN UGM dalam mengembangkan potensi lokal. Bersama pemerintah daerah kita dorong kreativitas para warga karena dari sisi kuantitas kita memiliki banyak umbul yang tersebar dibeberapa tempat sehingga Klaten sering diberi julukan Kota Seribu Umbul”, katanya.
Menurutnya potensi umbul yang dimiliki selama ini menjadi kekuatan bagi tiga desa, dan perlu didorong pengembangan inovasi ke depannya. Potensi tersebut, katanya, selama ini banyak diarahkan sebagai daya tarik wisata, diantaranya yang sudah dikenal adalah Umbul Ponggok yang telah mampu dikelola pemerintah desa bersama warga. Bahkan keberadaan Umbul Ponggok ini telah mampu meningkatkan kesejahteraan warga. “Karenanya kami ingin mendorong pengembangan wisata berbasis tirta, ini baik untuk rekreasi ataupun therapy. Agar dapat berkelanjutan kiranya pemanfaatan teknologi informasi penting untuk diajarkan kepada pengelola wisata agar sesuai dengan trend wisatawan era kekinian”, harapnya.
Dalam sarasehan yang berlangsung di aula kantor Camat Kebonarum, Destha Titi Raharjana selaku peneliti di Pusat Studi Pariwisata UGM mendorong warga dengan pendekatan desa membangun. Sebuah pendekatan yang sejalan dengan semangat undang-undang desa yang memberikan otonomi desa untuk mendayagunakan potensi, termasuk potensi umbul sebagai pendorong ekonomi masyarakat.
Destha menuturkan pariwisata yang dijalankan sesungguhnya bukanlah tujuan mengingat pariwisata hanya sebagai media untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di perdesaan, contohnya lewat pengembangan desa wisata. Seluruh warga diminta tidak terjebak membangun dan menciptakan yang artificial, alias buatan, mengingat trend wisatawan saat ini mengarah kepada mencari pengalaman nyata dan sesuatu yang dapat dirasakan wisatawan selama berada di desa. “Desa wisata itu sebaiknya tidak jualan tiket, namun akan lebih optimal bila desa-desa tersebut menawarkan potensi, dan dapat berkolaborasi dengan kawasan pengembangan wisata terpadu yang ditandai dengan adanya paket wisata”, katanya.
Ia kembali mengingatkan perlunya penguatan identitas atau ikon yang menjadi pembeda antar desa wisata. Perlunya mempertegas dan memperkuat Storytelling, dan para mahasiswa yang diterjunkan di lokasi KKN dapat mengembangkan kegiatan untuk melakukan eksplorasi, menyajikan dalam disain yang menarik dan up-date serta mampu mengemas dalam tampilan visual. “Bisa berupa video ataupun bebagai bentuk media sosial lain yang lebih menarik”, terangnya.
Destha berharap para mahasiswa UGM yang sedang KKN mampu memoles desa masing-masing menjadi desa wisata yang memiliki daya tarik termasuk didalamnya adanya paket wisata. Dengan melihat potensi yang ada, para mahasiswa diharapkan mampu membantu soal amenitas yang mencakup ketersediaan homestay, toilet, fasilitas penunjang seperti warung makan, tempat parkir, mushola, dan lainnya. Selain itu keterlibatan mahasiswa dalam digitalisasi, terutama pengelolaan konten kreatif. “Perlu kiranya membangun kelembagaan dan SDM, dan soal resiliensi yang mengarah pada pengelolaan lingkungan dan sampah, dan mitigasi bencana”, imbuhnya.
Dr. Lintang Nur Fadlillah, S.Si.,M.Sc., dosen Fakultas Geografi UGM yang bertindak selaku dosen pendamping lapangan sangat mengharapkan dukungan dan penerimaan seluruh warga dari ketiga desa untuk mendampingi para mahasiswa KKN UGM. Menurutnya, pembelajaran dalam memecahkan masalah yang diperoleh selama tinggal bersama warga desa jauh lebih penting sekaligus menjadi pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan. “Semoga para mahasiswa dapat mengatur stamina, jaga kesehatan. Rajin-rajinlah berkomunikasi dan silaturahmi dengan pihak desa, ataupun warga agar program KKN yang dijalankan mendapatkan dukungan dari segenap warga”, ucapnya.
Penulis : Agung Nugroho