Felicia Servina Djuang, wisudawan dari prodi Magister Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM dinobatkan sebagai lulusan tercepat program magister pada Wisuda Program Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2025/2026 yang digelar Rabu (22/10) lalu di Grha Sabha Pramana. Felicia berhasil menyelesaikan program studi Magister hanya dalam kurun waktu 1 tahun, 1 bulan, 11 hari. Padahal masa studi rata-rata untuk 2.028 lulusan Program Magister adalah 3 tahun 1 bulan,
Felicia mengungkapkan keberhasilannya menjadi lulusan tercepat di program S2 dikarenakan mengikuti program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di UGM. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menempuh program magister dan doktor sekaligus dalam waktu empat tahun. “Dengan skema tersebut, ia berkesempatan mengikuti kelas doktoral sambil menyelesaikan tesis magisternya,” katanya, Rabu (29/10).
Ia menuturkan, dukungan dari dosen pembimbing dan lingkungan belajar yang suportif menjadi faktor penting dalam keberhasilannya dapat menuntaskan studinya dalam waktu 1 tahun 1 bulan. Felicia mengaku, dosen pembimbingnya sangat suportif dan mendorong saya untuk segera menyelesaikan tesis. “Jadi, sejak semester satu saya mengambil kelas wajib untuk memenuhi SKS sambil mulai mengerjakan tesis. Dengan begitu, keduanya bisa selesai dalam dua semester,” ungkapnya.
Selama menyusun penulisan tesis, Felicia mengungkapkan terdapat tantangan tersendiri karena tidak semua penelitian dilakukan di laboratorium, terkhusus dalam bidang matematika. Apalagi mahasiswa matematika lebih banyak melakukan riset berbasis teori dan komputasi, sehingga ide penelitian menjadi faktor utama dalam penyelesaian tesis. “Kalau di matematika itu kan tidak ada penelitian laboratorium seperti di bidang lain. Jadi kalau tidak dapat ide, bisa mandek. Tapi kalau setiap hari dikerjakan sedikit demi sedikit, pasti akan muncul ide baru,” jelasnya.
Keinginan untuk menjadi dosen, diakui Felicia menjadi alasan untuk dirinya melanjutkan pendidikan S2 sekaligus S3 dengan mengikuti program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Peluang tersebut justru memotivasinya untuk melanjutkan studi untuk meraih gelar S2 dan S3 lebih cepat. “Karena adanya kesempatan mengikuti beasiswa yang jarang dibuka, jadi ya sudah diberikan kesempatan untuk ikut. Biasanya untuk menjadi dosen kan diminta lanjut S3, kebetulan programnya terbuka S2 sampai lanjut S3, sehingga peluang untuk jadi dosen lebih besar,” ucapnya.
Selain fokus menyelesaikan tesis, Felicia tetap aktif mengikuti berbagai macam kegiatan akademik di kampus. Ia aktif terlibat menjadi panitia dalam kegiatan ilmiah hingga beberapa kali menjadi presenter dalam seminar dan konferensi di fakultasnya. Meskipun memiliki jadwal yang padat, ia berusaha mengatur waktu dengan sangat disiplin dengan membatasi kegiatan dalam organisasi mahasiswa agar tetap bisa fokus pada studinya. Ia menilai, kunci utama keberhasilannya dengan konsistensi dan membuat rutinitas harian. Dengan meluangkan waktu setidaknya setiap hari untuk mengerjakan tugas akhir. “Minimal tiap hari harus dipegang. Mau sedikit atau beberapa kalimat, kalau tiap hari dikerjakan pasti selesai,” jelasnya.
Menurutnya, keluarga sangat mendukung langkahnya untuk menjadi dosen karena sejak SMA ia sudah menunjukkan minat dan kemampuan dalam mengajar, khususnya dalam bidang matematika. Ketertarikannya dimulai dari pengamatan terhadap metode pengajaran guru di sekolahnya terdahulu yang menurutnya kurang jelas, khususnya pada bidang matematika yang seringkali dianggap sulit oleh banyak siswa. “Mulai SMA sudah suka ngajar teman-teman SMP, orang tua juga sudah melihat bakat dan potensi saya menjadi pengajar. Jadi menurut orang tua saya aman kalau misalnya mau lanjut jadi dosen,” ungkapnya.
Felicia berpesan kepada mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir agar tetap semangat dan tidak mudah menyerah. Menurutnya, setiap mahasiswa UGM memiliki nilai dan potensi dalam dirinya, namun potensi itu hanya akan terlihat jika terus diasah dengan kerja keras dan konsistensi. Ia juga mengingatkan bahwa pentingnya berdiskusi secara rutin dengan dosen pembimbing maupun teman-teman yang suportif untuk mendapatkan ide baru. “Rajin-rajinlah bertemu pembimbing, karena dari diskusi bisa muncul ide-ide baru. Kalau ada kesempatan berdiskusi dengan teman lain juga bagus, karena setiap obrolan bisa memberi inspirasi baru,” pungkasnya.
Penulis : Cyntia Noviana
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok.Pribadi
