Muhammad Bakri, ST., M.T, dosen Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu lulus program S3 UGM. Melalui desertasi berjudul “Proses Konsolidasi Ruang di Kawasan Teluk Palu”, dengan tim promotor Prof. Ir. Nindyo Soewarno, M.Phil., Ph.D, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti., M. Arch., Ph.D dan Dr. Ir. Budi Prayitno, M.Eng, ia berhak menyandang gelar Doktor dalam bidang ilmu-Ilmu Teknik, Program Studi Ilmu Arsitektur, Program Pascasarjana Fakultas Teknik UGM.
Dalam promosi terbuka yang berlangsung di KPTU Fakultas Teknik UGM, Senin (25/5), Muhammad Bakri mengatakan penelusuran konsolidasi ruang kawasan teluk sangat dimungkinkan karena adanya keterbaruan proses pemanfaatan ruang berupa pergerakan tata guna pemanfaatan ruang oleh kelompok aktivitas. Proses pergerakan tersebut dalam penelitiannya dihubungkan dengan adanya faktor pengaruh terhadap proses konsolidasi melalui perkembangan elemen fisik serta pemahaman elemen non fisik keruangan.
“Berdasar penelusuran pemanfaatan ruang di kawasan pesisir teluk, proses awal konsolidasi ruang dikawasan teluk, disebabkan oleh keterikatan berdasar kekerabatan dan keterbukaan masyarakat lokal terhadap keberadaan ruang teluk”, ungkap Muh Bakri.
Muh Bakri berkesimpulan proses konsolidasi ruang di kawasan teluk Palu sebagai sebuah proses restrukturisasi pemanfaatan ruang kawasan bersifat dinamis dan berkembang secara alamiah. Bahwa proses konsolidasi ruang terjadi melibatkan unsur-unsur atau kelompok pengguna ruang, melingkupi ruang inti (teluk) dengan mendasarkan pada faktor-faktor pengaruh menuju pada keseimbangan pemanfaatan ruang sehingga saling menguatkan.
Karena itu, temuan teori proses konsolidasi ruang kawasan teluk bagi masyarakat perlu untuk mempertahankan dan memelihara nilai-nilai kelokalan dalam memanfaatan ruang. Proses tersebut tentu akan membantu menjaga eksistensi dan penegasan teritori ruang aktivitas bagi masyarakat lokal terhadap kemungkinan adanya perubahan dan perkembangan peruntukan aktivitas lahan.
“Proses konsolidasi ruang menjelaskan tentang proses restrukturisasi ruang berdasarkan pada faktor pengaruh adanya ikatan, penguatan dan jalinan dari berbagai kelompok pelaku aktivitas yang mempunyai perbedaan latar belakang namun mampu disatukan oleh ruang inti yang menjadi magnet kawasan. Bagi pengampu kebijakan teori ini dapat dimanfaatkan dalam proses kerja untuk mengelaborasi kawasan yang sejenis, terutama sebelum melakukan penyusunan arahan pengembangan kawasan”, paparnya. (Humas UGM/ Agung)