Setiap tahun diperkirakan 390 juta orang terinfeksi demam berdarah dengue (DBD). Di Asia Pasifik, hampir 75 persen penderitanya berada di wilayah ASEAN. Sebagai bentuk perhatian terhadap DBD ini maka Fakultas Kedokteran (FK) UGM mengembangkan sejumlah riset pengendalian DBD, yaitu melalui Eliminate Dengue Project (EDP) dan International Research Consortium on Dengue Risk Assesement, Management, and Surveillance (IDAMS) yang merupakan konsorsium penelitian 8 negara di Asia dan Amerika Latin.
Peneliti utama IDAMS, dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A menuturkan saat ini IDAMS telah bekerjasama dengan beberapa rumah sakit dan puskesmas di Kota Yogyakarta untuk mengumpulkan 500 sampel darah pasien yang didiagnosa DBD untuk diperiksa. Sampai bulan ini setidaknya telah direkrut lebih dari 300 pasien anak dan dewasa. Dari hasil analisis serotype virus menunjukkan bahwa ke empat serotype virus bersirkulasi di Yogyakarta.
“Harapannya sampai dengan akhir 2015 ini riset sudah membuahkan hasil,” papar Ida, Senin (15/6) di UGM.
Ia menambahkan penelitian yang dilakukan IDAMS ini telah dilakukan sejak 2012 dan bertujuan untuk memberikan deteksi klinis dan laboratoris yang lebih cepat, dalam kurun waktu 72 jam. Harapannya, semakin cepat dideteksi gejala klinis dan laboratoris yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakitnya, maka kematian DBD dapat dihindarkan.
“Meskipun kematian akibat DBD bisa terus ditekan, namun angka kesakitannya masih cukup tinggi,” imbuhnya.
Warsito Tantowijoyo, Ph.D sebagai entomolog EDP menegaskan kembali bahwa program yang mereka lakukan selama ini bertujuan untuk menekan infeksi dengue dengan menggunakan Wolbachia yang disuntikan ke dalam tubuh nyamuk Aedes-Aegypti. EDP sejauh ini telah menyebarkan Wolbachia dengan cara melepas nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia ke beberapa wilayah penelitian di Sleman dan Bantul.
“Nyamuk ini diharapkan akan kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan yang mengandung Wolbachia yang akhirnya akan mampu menekan penyebaran virus dengue pada manusia,” kata Warsito.
Selain di Sleman dan Bantul, EDP juga melakukan beberapa aktivitas di Kota Yogyakarta sejak Februari 2015 untuk memberikan data awal terkait jumlah dan jenis nyamuk serta situasi masyarakat terkait DBD. Kegiatan tersebut adalah pemantauan populasi nyamuk menggunakan perangkap nyamuk, studi aktivitas harian anak-anak, dan studi riwayat infeksi dengue pada anak-anak usia 1-10 tahun.
“Di hari Dengue 2015 ini, selama bulan Juni kita juga adakan festival lingkungan bersih nyamuk bersama anak-anak di empat kecamatan, yaitu Danurejan, Umbulharjo, Mantrijeron dan Kraton,” katanya (Humas UGM/Satria)