• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM: Pertajam Program Pengentasan Kemiskinan

Pakar UGM: Pertajam Program Pengentasan Kemiskinan

  • 01 Desember 2015, 09:44 WIB
  • Oleh: Ika
  • 4090
Agus Heruanto Hadna

Angka kemiskinan di Indonesia sejak 2006 memperlihatkan penurunan yang signifikan. Namun, penurunan ini tampak lambat di tahun-tahun berikutnya. Laporan Badan Pusat Statistik pada Maret 2015 lalu menunjukkan angka kemiskinan justru mengalami kenaikan. Penduduk miskin Indonesia saat ini bertambah 860 ribu orang dari 27,73 juta (10,96%) pada September 2014 menjadi 28,59 juta orang (11,22%) pada Maret 2015.

Pakar Kebijakan Publik UGM, Dr.soc.pol. Agus Heruanto Hadna, menilai pemerintah selama ini menggunakan definisi serta parameter kemiskinan yang lemah sehingga gambaran angka kemiskinan terlihat positif dibanding kenyataannya. Lemahnya definisi dan parameter kemiskinan ini pada akhirnya memengaruhi efektifitas pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan.

“Sekian lama pemerintah mendefinisikan kemiskinan hanya dari perspektif ekonomi,” katanya baru-baru ini.

Hadna mencontohkan pada tahun 2014 pemerintah mendefinisikan garis kemiskinan dengan penghasilan per bulan (per kapita) sebanyak Rp. 312.328 atau setara dengan USD $25. Garis kemiskinan ini masih lebih tinggi dari yang didefinisikan oleh Bank Dunia, yakni mereka yang berpenghasilan kurang dari USD $1.25 per hari. Padahal, persoalan kemiskinan tidak hanya terkait penghasilan yang rendah, tetapi juga ada persoalan akses terhadap pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Disamping itu juga persoalan ketimpangan antarkelompok, antargenerasi, maupun antarwilayah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien gini (ketimpangan distribusi pendapatan) Indonesia yang naik pada 2011 menjadi 0,41 dibandingkan pada 2007, yakni 0,35. Hingga 2013 koefisien gini bertahan di angka 0,41. Koefisen gini 0 menunjukkan kesetaraan yang sempurna, sementara koefisien 1 menunjukkan ketimpangan yang sempurna.

Hadna menyayangkan selama ini definisi dan perameter kemiskinan hanya dilihat dari satu dimensi. Karenanya, tidak mengherankan apabila kebijakan dan program pengentasan kemiskinan selalu diarahkan pada penciptaan lapangan kerja. Pasalnya, logika berpikir yang diterapkan adalah bagaimana penduduk miskin mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

“Hal ini tidak salah, namun memahami persoalan kemiskinan mesti multidimensi. Kemiskinan di banyak tempat baik desa dan kota, Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa tidak lepas dari persoalan ketimpangan,” ” papar Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM ini.

Menurutnya, program-program pengentasan kemiskinan di Indonesia seyogianya memperhatikan langkah yang ditempuh dalam upaya mengatasi kemiskinan. Di banyak negara, aspek ketimpangan sudah dimasukkan dalam program pengentasan kemiskinan pada Sustainable Development Goals (SDGs). Poin kesepuluh SDGs mengamanatkan untuk mengurangi ketimpangan baik yang terjadi antarnegara maupun di dalam negara. Pertumbuhan ekonomi tidak cukup efektif untuk mengurangi angka kemiskinan sehingga dimensi pembangunan berkelanjutan perlu dilibatkan.

Setiap daerah bisa mengembangkan indikator atau parameter kemiskinan lokal yang mencerminkan kondisi riil di masyarakat untuk mengatasi ketimpangan-ketimpangan yang ada. Selain itu, bisa lebih mudah digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan di masing-masing daerah.

“Adanya indikator dan parameter lokal diharapkan membuat program pengentasan kemiskinan menjadi lebih tajam dan peka terhadap kelompok rumah tangga sasarannya,” harapnya.

Kendati begitu, dikatakan Hadna, pemerintah pusat harus menjadi fasilitator dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan. Hanya saja, tindakan yang bersifat intervensi berlebihan memaksa daerah untuk menerapkan satu kebijakan yang sama di semua daerah harus dikurangi. Selain itu, ada koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar kementerian sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan program.

“Jika pemerintah menargetkan angka kemiskinan pada tahun 2019 turun 8-7 persen, maka pemerintah perlu membangun definisi, parameter, penerapan program pengentasan kemiskinan yang disesuaikan dengan kondisi di tiap daerah, serta melakukan pembenahan dalam tata kelola,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

 

Berita Terkait

  • NMT FAPET UGM SELENGGARA LOKAKARYA DAN FIELD TRIP

    Friday,27 January 2006 - 8:43
  • Program Pengentasan Kemiskinan Tidak berdampak Pada Kualitas Hidup

    Thursday,14 March 2013 - 7:49
  • TINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL, FORMULASIKAN KEBIJAKAN MIKRO DAN MAKRO

    Monday,07 March 2005 - 11:46
  • Pakar UGM: Kemiskinan Seringkali Jadi Ajang Komoditas

    Tuesday,31 January 2023 - 16:06
  • Inpres Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM kurang Melibatkan Pakar Perguruan Tinggi

    Monday,18 June 2007 - 10:07

Rilis Berita

  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti
  • Karate UGM Juara Umum 3 SEMAR CUP XII 24 March 2023
    Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI UGM berhasil menyabet gelar Juara Umum 3 dalam Interna
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual