Penyakit katarak atau kekeruhan pada lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya, banyak diderita oleh orang yang sudah berusia lanjut, meskipun dalam beberapa kasus juga diderita oleh anak-anak. Sebelum munculnya metode operasi katarak yang lebih modern, pembedahan mata untuk mengobati katarak dapat memiliki efek samping secara permanen terhadap penglihatan. Saat ini, dengan kemajuan teknologi medis, prosedur operasi katarak menjadi lebih mudah dan aman. Namun di sisi lain, masih banyak juga penderita katarak yang tidak mendapat pengobatan karena kurangnya pemahaman akan penyakit ini atau karena keterbatasan biaya.
Atas dasar inilah UGM bekerja sama dengan Rumah Sakit Puri Husada, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) cabang Yogyakarta, serta Sido Muncul mengadakan operasi katarak gratis, Minggu(6/12) di RS Puri Husada, Sleman. Dalam kesempatan ini sebanyak 60 penderita katarak mendaftarkan diri. Masing-masing calon pasien yang mendaftar kemudian diperiksa oleh staf medis untuk menentukan apakah mereka dapat segera dioperasi. Setelah proses seleksi dilakukan, 28 pasien yang memenuhi persyaratan medis kemudian menjalani operasi.
Direktur RS Puri Husada yang juga merupakan dosen Fakultas Kedokteran UGM, dr. J.B. Soebroto, menjelaskan bahwa operasi ini menjadi salah satu bentuk penerapan keilmuan yang dimiliki UGM melalui pengabdian kepada masyarakat. “Operasi katarak memang tidak mudah, jadi hanya bisa dikerjakan oleh tenaga ahli, salah satunya dari FK UGM,” jelasnya. Pengabdian UGM dalam bidang medis sendiri, tambahnya, telah dilakukan selama bertahun-tahun, dengan perkembangan yang signifikan, mulai dari pengobatan gratis dan konsultasi gizi hingga ke prosedur yang lebih kompleks seperti operasi katarak dan bibir sumbing. Untuk memperingati Dies Natalis ke-66, operasi gratis ini menjadi perwujudan sumbangsih UGM kepada masyarakat. (Humas UGM/Gloria)