• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Kasus DBD di Yogyakarta Turun

Kasus DBD di Yogyakarta Turun

  • 10 November 2017, 13:34 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 3470
Kasus DBD Yogyakarta Menurun, Pengaruh Nyamuk Wolbachia?

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta sepanjang tahun 2017 ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Apabila sebelumnya terdapat 1.705 kasus DBD dengan 13 angka kematian, namun hingga bulan Oktober ini terdapat 383 kasus dengan 2 pasien yang meninggal. Menurunnya jumlah kasus tersebut kemungkinan besar dipengaruhi adanya program penyebaran nyamuk berwolbachia yang disebar di 12 wilayah di kota Yogyakarta sejak pertengahan tahun lalu. Penyebaran nyamuk berwolbachia masih berlangsung  hingga akhir tahun 2019 ini.

Namun begitu, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kota Yogyakarta, Yudiria Amelia, belum berani menyimpulkan penurunan jumlah kasus DBD tersebut berkat program Eliminate Dengue Project (EDP) UGM. Menurutnya, penurunan kasus DBD juga dipengaruhi faktor cuaca yaitu curah hujan yang turun tahun ini tidak begitu merata sepanjang musim. “Kami belum bisa menyimpulkan apakah ini hasil dari EDP, apalagi penelitian ini masih berlangsung. Kalau kita lihat hujan yang turun tahun ini tidak merata seperti tahun-tahun sebelumnya, saya kira bisa menjadi faktor menurunnya kasus DBD,” kata Yudiria Amelia kepada wartawan di kampus UGM, Kamis (25/9).

Peneliti Eliminate Dengeu Project (EDP) UGM, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D., mengatakan sejak pertengahan tahun lalu tim EDP menyebarkan 5.000 ember yang berisi nyamuk berwolbachia di 430 titik di 12 wilayah di kota Yogyakarta. “Kami juga menyebarkan 430 perangkat nyamuk untuk mengetahui persentase jumlah nyamuk yang sudah mengandung wolbachia,” katanya.

Menurut Doni, demikian ia akrab disapa, perangkat nyamuk tersebut akan mengumpulkan nyamuk dalam jumlah besar. Setiap minggu nyamuk yang terperangkap dalam sebuah tabung akan diambil oleh tim peneliti untuk sampel pengujian nyamuk yang sudah mengandung wolbachia. “Untuk wilayah Tegalrejo dan Wirobrajan hingga saat ini jumlah nyamuk berwolbachia cukup tinggi dan stabil, sekitar 90-an persen dari total seluruh nyamuk di sana sudah mengandung wolbachia,” kata Doni.

Meski demikian, Doni mengatakan pihaknya juga menempatkan 18 relawan yang ditempatkan di 18 puskesmas untuk mendata pasien yang kemungkinan terserang penyakit DBD. Data tersebut, menurut Doni, sangat berpengaruh dalam penelitian nyamuk berwolbachia. Pengalaman yang mereka dapatkan sebelumnya di wilayah Sleman dua tahun lalu menunjukkan bahwa pasien yang terkena DBD umumnya terjangkit dari wilayah lain yang belum disebar nyamuk wolbachia. “Hipotesis kita kalau pun ada kasus sebagian besar kasus itu datang dari wilayah yang belum ada nyamuk wolbachia,” ujarnya.

Sekadar informasi, pelaksanaan riset nyamuk wolbachia ini sudah bertambah menjadi sepuluh negara dari sebelumnya hanya lima negara. Kesepuluh negara tersebut, diantaranya India, Australia, Brasil, Kolombia,  Vietnam, Srilangka,  kepulauan Fiji dan beberapa negara di kepulauan Pasifik. Namun begitu, perkembangan penelitian di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dibanding yang lain karena adanya dukungan pemerintah daerah dan tingkat penerimaan dari masyarakat yang cukup besar terhadap pelaksanaan riset ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Kasus DBD di Yogyakarta Turun

    Friday,10 November 2017 - 13:34
  • UGM Jadikan Wisma Kagama dan UC Hotel Sebagai Selter Covid-19

    Tuesday,13 July 2021 - 18:40
  • Kasus DBD Yogyakarta Menurun, Pengaruh Nyamuk Wolbachia?

    Friday,10 November 2017 - 12:44
  • Kriminalisasi KPK, Pukat Korupsi UGM Desak Presiden Turun Tangan

    Sunday,01 November 2009 - 9:01
  • Kasus DBD di Kota Yogyakarta Menurun

    Friday,08 June 2018 - 15:52

Rilis Berita

  • Arie Sujito: Jadikan KKN Sebagai Panggilan Jiwa 06 June 2023
    Wakil Rektor Bidang  Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Universitas GAdja
    Gusti
  • Guru Besar Baru UGM Ratna Susandarini Angkat Pentingnya Revitalisasi Taksonomi 06 June 2023
    Krisis biodiversitas akibat kerusakan habitat, alih fungsi lahan, dan eksploitasi
    Gloria
  • Hakikat HAM 06 June 2023
    Oleh Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
    Universitas Gadjah Mada
  • LPPT UGM Raih Penghargaan dari Kemenkes RI 06 June 2023
    Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM mendapat penghargaan dari Menteri Keseha
    Gusti
  • Tim Softball Puteri UGM Juara 2 UGM Softball Cup 2023 06 June 2023
    Tim softball puteri UGM berhasil menyabet juara 2 dalam kejuaraan UGM Softball Cup 2
    Ika

Agenda

  • 06Jun Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc....
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual