Jumlah penduduk miskin yang berada di kawasan Asia menduduki peringkat tertinggi di dunia. Pasalnya, negara-negara di Asia masih menghadapi berbagai persoalan pembangunan terutama ledakan jumlah penduduk, kesenjangan sosial dan kesejahteraan ekonomi yang belum merata. Oleh karena itu, menyelaraskan konsep pembangunan sosial dengan target The Sustainable Development Goals (SDGs) dalam pelaksanaan pembangunan merupakan salah satu upaya agar kesejahteraan sosial masyarakat segera tercapai. Demikian yang mengemuka dalam konferensi internasional bertajuk ‘Pembangunan Sosial di Asia’ pada 15-16 November 2017 bertempat di Gedung Fisipol UGM, Rabu (15/11).
Konferensi yang diselenggarakan oleh Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) Fisipol UGM ini menghadirkan pembicara, diantaranya President International Consortium of Social Development (ICSD), Prof Manohar Pawar, Dosen PSdK Fisipol UGM, Nurhadi, S.Sos., M.Si., Ph.D, dosen University of New South Wales, Dr. Stephen Leigh Miller, Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Rahma Iryanti, Vice President CSR PT. Pertamina, Agus Mashud S. Asngari.
Nurhadi mengatakan pemerintah di negara Asia umumnya menghadapi tiga persoalan besar yang sulit dituntaskan dalam pelaksanaan pembangunan, yakni pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. “Mengintegrasikan ketiganya selalu menjadi hambatan utama sehingga konsep pembangunan berkelanjutan di Asia sulit tercapai,” katanya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut Nurhadi menilai pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah perlu melibatkan peran swasta dan masyarakat sipil serta mendorong pertisipasi publik dalam setiap pengambilan kebijakan pembangunan sosial. Keikutsertaan partisipasi publik akan menghasilkan dukungan dari masyarakat. “Dengan begitu muncul rasa kepemilikan bersama di mata publik, bahkan publik juga bisa menilai dan mengawasi hasilnya,” katanya.
Selain itu, persoalan selanjutnya yang dihadapi negara di kawasan Asia adalah menerjemahkan program di SDGS ke dalam tingkat perencanaan pembangunan.. “Ada jurang yang sangat lebar antara target SDGs dengan pelaksanaan pembangunan,” katanya.
Sementara itu, Prof. Manohar Pawar menuturkan belum ada konsep yang ideal tentang strategi pembangunan sosial di setiap negara. Namun begitu, dikotomi pembangunan sosial dan ekonomi menurutnya tidak bisa disamakan. Keduanya saling memiliki keterkaitan. “Memang tidak ada pendekatan yang ideal dalam konsep pembangunan sosial, cara pandang pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi keduanya berbeda, ” katanya
Meski begitu, imbuhnya, pembangunan sosial yang dijalankan saat ini tidak lepas dari target dan capaian yang dituangkan dalam kesepakatan dunia internasional pada program SDGs. Beberapa program itu, diantaranya meningkatkan kualitas SDM, pertumbuhan yang berkeadilan, menciptakan suasana aman dan damai secara berkelanjutan di masyarakat, meningkatkan integrasi sosial, menciptakan kondisi ekononi dan lingkungan yang lebih adil, menekan angka urbanisiasi, menciptakan birokrasi pemerintahan yang lebih baik serta mendorong disrupsi teknologi dan pembangunan sosial di tingkat lokal.
Pencapaian yang disebutkan di atas tersebut, menurutnya, dapat dilihat dan dinilai hasilnya dari meningkatnya kualitas kehidupan sosial di masyarakat yang semakin baik. “Yang lebih penting di dalamnya juga tercipta rasa saling menghormati dan menghargai untuk selalu tumbuh dan berkembang bersama,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)