Universitas Gadjah Mada sebagai universitas pertama yang didirikan oleh pemerintah RI di masa awal kemerdekaan saat ini sudah memasuki usia ke-68 tahun. Di usia yang sudah melebihi setengah abad tersebut, UGM sudah ikut hadir mencerdaskan kehidupan bangsa dengan melahirkan para calon pemimpin-pemimpin berkualitas.
Namun, di mata Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., usia ke-68 merupakan usia yang belum begitu matang untuk usia bagi sebuah institusi perguruan tinggi. “Usia sebuah institusi pendidikan, semakin tua maka akan semakin hebat. Kita lihat perguruan tinggi maju di dunia yang usianya hingga ratusan tahun,” kata Rektor kepada wartawan dalam rangka sosialisasi rangkaian kegiatan Dies Natalis, Kamis (14/12), di ruang Majelis Wali Amanat UGM.
Namun demikian, ujar Rektor, UGM akan terus berkontribusi mendidik putra-putri dari seluruh penjuru tanah air sehingga kemampuan daya saing bangsa semakin meningkat. Sebab, maju dan tidaknya sebuah bangsa, kata Rektor, ditentukan dari faktor kualitas pendidikan. “Kita harus memenangkan kompetisi global dengan SDM yang berkualitas, jangan sampai tenaga asing berbondong-bondong datang ke sini lalu kita tidak bisa mengimbangi kompetensi mereka,” tuturnya.
Selain itu, katanya, UGM kini tengah mengupayakan untuk menghilirisasi produk riset untuk mengurangi ketergantungan kita pada produk impor, salah satunya menghilirasi produk riset di bidang kesehatan. “Sekitar 80 persen alat kesehatan kita masih impor, bahkan bahan baku industri kita juga masih impor,” ujarnya.
Seperti diketahui, kegiatan Dies UGM kali ini bertajuk Bersama UGM Bela Bangsa dan Negara. Beberapa rangkaian Dies yang masih akan berlangsung diantaranya pagelaran wayang purwa di Balairung, Jumat (15/12), sepeda jarak jauh Pangandaran –Yogyakarta (15-17 Desember), Sarasehan pemuka adat budayawan di Balai Senat, Sabtu (16/12), kegiatan pawai nitilaku dari Kraton ke Balairung, Minggu (17/12), Seminar Bela Negara di Balai Senat, Selasa (19/12), pentas ketoprak ludruk di PKKH, Jumat (22/12).
Koordinator panitia kegiatan Nitilaku, Drs. Hendrie Adji Kusworo,M.sc., Ph.D., mengatakan kegiatan pawai nitilaku yang bertemakan perjuangan masa tempo dulu melibatkan sekitar 6.000 orang yang berjalan kaki dari Kraton menuju kampus UGM dengan menggunakan busana era zaman dulu dan busana adat nusantara. “Ada sekitar 3.000 talent dengan 70 kelompok penampil berada di delapan titik,” kata Hendrie.
Panitia dies, kata Hendrie, menyiapkan 20 panggung di sepanjang jalan dari Kraton, Malioboro, dan Mangkubumi yang akan diisi dengan pentas seni tradisional dan modern. Di sepanjang jalan juga akan diperdengarkan lagu-lagu lama di masa awal perjuangan.”Di sepanjang Malioboro akan diputar lagu di era zaman dulu. Puncaknya peserta berkumpul di halaman Balairung,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)