Fisipol UGM membuka program gelar ganda (double degree) untuk Prodi S2 Hubungan Internasional bekerjasama dengan Murdoch University, Australia. Program gelar ganda ini rencananya akan segera dibuka pada pertengahan tahun ini. Mahasiswa yang diterima dalam program ini berkesempatan mengenyam kuliah di UGM dan di Murdoch University. “Ketika di wisuda akan mendapat dua gelar dari UGM dan Murdoch University,” kata Ketua Departemen Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, saat ditemui dalam joint research workhsop hasil kerja sama Fisipol UGM dan Murdoch University yang berlangsung di ruang seminar University Club (UC) UGM, Rabu (7/2).
Meski belum menyebutkan jumlah mahasiswa yang akan diterima dalam program double degree ini, Nur Rachmat memastikan program ini akan dibuka pada pertengahan tahun ini sesuai dengan jadwal penerimaan mahasiswa baru di UGM. “Kita pastikan tahun ini sudah dibuka,” kata Nur.
Dikatakan Nur, tawaran peluang kerja sama program gelar ganda ini datang dari Murdoch University untuk mengajak dalam peningkatan pembelajaran prodi S2 hubungan internasional. “Mereka memandang S2 HI UGM sudah cukup pantas diajak kerja sama, tentu bagi kami ini kesempatan sekaligus membuka kerja sama yang lebih luas,” ujarnya.
Bagi mahasiswa yang akan mengambil program double degree ini akan diberi kesempatan untuk menimba ilmu yang lebih luas dalam politik internasional. “Selain dapat gelar ganda, mahasiwsa dapat menimba ilmu lebih luas lagi,” katanya
Persiapan untuk pembentukan program double degree ini sudah dilakukan sejak dua tahun silam. Namun, setelah dilakukan berbagai bentuk penandatanganan kerja sama antar kedua universitas akhirnya bisa terealisasi pada tahun ini. Selain kerja sama dalam pendidikan, kata Nur, Murdoch University juga membuka peluang kerja sama joint research. “Mereka memiliki lembaga Asia Research Center, mereka mengajak peneliti dari Fisipol UGM untuk bergabung karena banyak penelitian yang mereka lakukan ada hubungannya dengan sosial politik di Indonesia,” katanya.
Peluang kolaborasi riset ini, menurut Nur, akan membuka kesempatan bagi kedua belah pihak untuk melakukan publikasi bersama di jurnal internasional. “Kolaborasi riset ini tidak menutup kemungkinan bisa untuk publikasi bersama,” paparnya.
Prof Karnishka Jayasuriya dari Murdoch University memaparkan hasil risetnya mengenai politik luar negeri negara Tiongkok dalam kerja sama pembangunan infrastruktur di kawasan Asia. Kerja sama di satu sisi, menurut Karniskha, mampu mengangkat citra hubungan internasional Tiongkok menjadi lebih baik, namun di sisi lain juga bisa menimbulkan persoalan isu domestik bagi negara yang menjadi tujuan investasi. “Apabila isu domestik ini tidak dikelola dengan baik akan menjadi persoalan di kemudian hari,” ungkapnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)