Universitas Gadjah Mada kembali menerjunkan mahasiswanya yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM). Sebanyak 184 mahasiswa diterjunkan dalam KKN-PPM UGM Periode 1 Tahun 2018. Secara simbolis mahasiswa KKN dilepas oleh Direktur Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Prof. Irfan. Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D., di halaman Gedung PKM, UGM, Kamis (1/3).
Irfan memaparkan bahwa para peserta KKN periode ini akan diterjunkan ke berbagai daerah di Indonesia. Bebeberapa daerah tersebut meliputi Kulon Progo, Magelang, Tanjungpinang, Wakatobi, Garut, Kepulauan Riau, dan Agats. “Masing-masing lokasi memiliki fokus pengembangan yang berbeda,” tutur Irfan.
Irfan mencontohkan fokus pengembangan mahasiswa KKN di beberapa lokasi penerjunan. Penerjuanan mahasiswa di Agats contohnya. Ia memaparkan bahwa fokus pengabdian mahasiswa KKN di Agats adalah penanganan kesehatan dan pemetaan wilayah. Hal itu berbeda dengan fokus pengembangan di Magelang. Menurut Irfan, fokus pengabdian di sana adalah peningkatan kesejahteraan petani holtikultura dengan meminimalkan penggunaan persitida yang dapat berdampak pada kesehatan. “Harapannya ada parameter jelas yang dapat diukur untuk mengetahui tingkat kesejahteraan sebelum dan sesudah ada mahasiswa KKN,” jelas Irfan.
Lebih lanjut Irfan mengatakan bahwa pertama yang harus dilakukan mahasiswa KKN adalah memahami dulu keadaan di lokasi pengabdian. Tahun pertama mahasiswa dapat memetakan terlebih dahulu segala permasalahan yang ada di lokasi KKN. Selanjutnya mahasiswa berkomunikasi dan memberikan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi masyarakat. “Pada tahun ke lima kita lepas masyarakat tanpa bantuan mahasiswa KKN agar mandiri dan tidak bergantung pada kita,” jelas Irfan.
Program KKN-PPM UGM merupakan salah satu program KKN yang terstruktur dan satu lokasi akan menerima mahasiswa KKN tiap tahunnya. Meski dilakukan beberapa kali periode tiap tahun, program KKN memiliki grind design yang baku untuk dikembangan di masing-masing wilayah. Dengan begitu, meski berganti mahasiswa tiap tahun, program pengembangan tetap berjalan hingga berhasil dan berdampak pada masyarakat. “Mahasiswa sebagai calon pemimpin harus memahami segala potensi dan permasalahan yang ada di masyarakat,” tegas Irfan. (Humas UGM/Catur)