Langit duka menyelimuti kampus Universitas Gadjah Mada. Dua putera terbaiknya, Prof. Dr. R.M. Soedarsono dan Prof. Kamsul Abraha, Ph.D meninggal dunia. Prof. Dr. RM. Soedarsono, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM meninggal dunia pada Selasa (16/10) pukul 20.00 WIB di RS Panti Rapih, Yogyakarta, dan Prof. Kamsul Abraha, Ph.D, Guru Besar Fakultas MIPA meninggal pada Rabu (17/10) pukul 08.30, di RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Keduanya dimakamkan pada Rabu (17/10). Almarhum Prof. Soedarsono dimakamkan di pemakaman Keluarga UGM, Sawitsari dan almarhum Prof. Kamsul Abraha dimakamkan di Kalangan, Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta. Sebelumnya, kedua jenazah disemayamkan di Balairung UGM untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM.
Prof. Drs. Koentjoro, MBsc.,Ph.D, Ketua Dewan Guru Besar UGM, mewakili keluarga besar UGM menyampaikan duka yang mendalam atas meninggalnya dua putera terbaik UGM. Kedua almarhum, menurutnya, telah memberikan sumbangsih kepakarannya untuk UGM, masyarakat dan negara.
Prof. Dr. RM. Soedarsono adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM yang selama masa hidupnya telah banyak mendalami kebudayaan, khususnya seni pertunjukkan. Kepakaran almarhum tidak diragukan lagi sehingga banyak melahirkan karya di UGM dan sempat memperoleh amanat sebagai Rektor ISI Yogyakarta.
“Pemikiran strategis Prof. Soedarsono tentang seni pertunjukan antara lain dituangkan pada pidato pengukuhan sebagai Guru Besar FIB UGM pada tahun 1985 dengan judul Peranan Seni Budaya dalam Sejarah Kehidupan Manusia, Kontinuitas dan Perubahannya,” ujar Koentjoro.
Almarhum Prof. Soedarsono merupakan sosok ilmuwan yang sangat produktif dalam menuliskan dan berbagi ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat dari banyaknya buku, artikel dan makalah seni pertunjukan, tarian Indonesia, pewayangan, serta seni tradisi lain yang telah ditulis.
Demikian pula dengan almarhum Prof. Kamsul Abraha. Menurut Koentjoro, almarhum Prof. Kamsul merupakan sosok ilmuwan yang unggul dan dapat menjadi teladan bagi sivitas akademika UGM.
Prof. Kamsul Abraha adalah Guru Besar bidang ilmu fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Almarhum dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM pada 3 November 2015 dengan pidato pengukuhan berjudul Litbang Biosensor Optik Berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR) dan Aplikasinya.
“Dalam pidatonya itu, almarhum menyampaikan biosensor meskipun telah banyak digunakan, namun masih perlu dikembangkan agar semakin mempermudah dalam aplikasinya di bidang lingkungan, keamanan pangan dan diagnosis medis,” kata Koentjoro.
Almarhum Prof. Kamsul Abraha merupakan ilmuwan yang memiliki rekam jejak yang diakui oleh masyarakat luas. Di google scholar misalnya publik bisa melihat deretan panjang publikasi yag telah dihasilkan dan hal itu menunjukkan produktivitas yang tinggi.
“Almarhum Prof. Kamsul pernah dipercaya sebagai promotor dari peraih nobel, Sheldon Lee Glashow untuk mendapat gelar honoris causa dari UGM,” katanya.
Dengan kembalinya Prof. RM. Soedarsono dan Prof. Drs. Kamsul Abraha, Ph.D menghadap Sang Khalik, UGM merasakan kehilangan yang besar. Keduanya adalah guru dan panutan yang memiliki dedikasi tinggi, baik dalam keilmuwannya dan sumbangan pemikiran untuk kemajuan UGM, bangsa dan negara.
“Marilah kita menghantarkan keduanya ke peristirahatan terakhir dengan doa, semoga Tuhan YME memberikan ampunan atas dosa-dosanya dan melipatgandakan amal ibadah dan diberikan tempat yang paling mulia di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” ungkapnya. (Humas UGM/ Agung; foto: Firsto)