Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof. Dr. drh. Isrina Oktavia Salasia, mengatakan pihaknya akan membangun pusat riset dan pendidikan one health berstandar internasional melalui pengembangan rumah sakit pendidikan untuk hewan besar dan kecil serta teaching farm terpadu di lingkungan Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Infrastruktur tersebut sangat diperlukan sebagai respons terhadap tuntutan peningkatan kompetensi dokter hewan yang harus sesuai dengan perkembangan global.
“Peningkatan kualitas infrastruktur riset tersebut juga merupakan catatan akreditasi internasional ASIIN tahun 2019 yang harus ditindaklanjuti. Selain lahan yang telah tersedia, pembangunan infrastruktur yang direncanakan tersebut telah disetujui di tingkat universitas,” kata Isrina Oktavia Salasia dalam seminar “Membangun dan Mengimplementasikan Konsep One Health di Lingkungan Kampus dan Masyarakat” yang diselenggarakan FKH UGM akhir Juli lalu.
Menurut Isrina, Rumah Sakit Hewan Pendidikan dan Laboratorium Diagnostik Veteriner bertaraf internasional sebagai implementasi konsep One Health dalam mendukung peningkatan kesehatan masyarakat. Prof. Dr. Ir. Bambang Agus Kironoto, selaku Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, memaparkan denah pembangunan infrastruktur tersebut dalam prioritas UGM serta penyediaan dana pendamping dalam proses pembangunan.
Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., menyatakan dukungannya. Adapun dana utama untuk menyokong pembangunan tersebut tengah diupayakan untuk direalisasikan dengan berbagai mekanisme pendanaan misalnya soft loan, hibah ataupun investasi. Menurutnya, keberadaan rumah sakit hewan pendidikan (RSHP) dan Lab. Diagnostik tersebut penting dalam proses pendidikan dan pelayanan bidang kesehatan hewan sekaligus dapat berkontribusi pada penyelenggaraan Academic Health System (AHS) yang saat ini telah bergulir melibatkan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Kesehatan. “Keberadaan Rumah Sakit Hewan Pendidikan dapat berperan dalam Academic Health System (AHS),” kata Ali Gufron.
Pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM, Dr. Widagdo Sri Nugroho, mengatakan konsep “one health” merupakan upaya kolaboratif transdisipliner dengan melibatkan kajian lintas sektoral antara kesehatan manusia, hewan dan ekosistem termasuk di dalamnya satwa liar (wild life). Sebab, perkembangan epidemi Flu Burung, Ebola dan Zika menunjukkan dengan jelas adanya kaitan yang erat konsep kesehatan yang tidak bisa dipisahkan antara manusia, hewan dan lingkungan. “Pemahaman secara komprehensif tentang perubahan terbaru atas dinamika infeksi dan persebarannya sangat diperlukan untuk analisis risiko infeksi selanjutnya,” katanya.
Salah satu aspek terpenting dalam mengontrol agen penyakit manusia, hewan dan lingkungan adalah pengembangan manajemen risiko berbasis pendekatan sains yang memadai dengan dukungan politik dan regulasi yang jelas. Sistem surveilance yang cukup harus meliputi jejaring laboratorium yang kuat dengan fasilitas infrastruktur dan sumber daya yang mendukung. Sistem tersebut akan memperkuat dari dasar, nasional, regional dan global konsep penanganan penyakit yang holistik.
“Pengembangan infrastruktur one health di dalam kampus saya kira sangat penting dilakukan segera,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)