Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) menggelar konser musik klasik yang bertajuk King of Classic di ruang auditorium FKKMK, Selasa malam (17/12). Konser amal kali ini menghadirkan dua orang musisi dari Jerman, Maximilian Schairer dan Philipp Jonas. Keduanya akan menampilkan empat buah lagu, Sonate No. 1 Op 12, Sonate L 140, Christsmas Overture dan Sonate No. 3 Op.45.
Dekan FKKMK, Prof. Ova Emilia, mengatakan hasil dari penjualan tiket dari konser musik klasik ini sepenuhnya akan diserahkan kepada yayasan kanker Indonesia Cabang DIY. “Kita persembahkan konser ini bagi mereka pencinta musik klasik, bukan sekadar konser namun mengemban misi sosial agar bisa berbagi dengan yang lebih membutuhkan,” katanya.
Promotor Konser Musik Amal kali ini, Prof. Adi Utarini, menuturkan penyelenggaraan konser musik klasik di kampus FKKMK sudah dimulai sejak era tahun 80-an dengan menggandeng Yayasan Karta Pustaka. “Banyak musisi internasional yang bermain musik di sini waktu itu,” katanya.
Ia menyebutkan Fakultas Kedokteran UGM merupakan satu-satunya fakultas yang memiliki semangat menyelenggarakan musik klasik setiap tahun. Bahkan, setiap tahun pula pihaknya menemukan bakat mahasiswa yang piawai memainkan musik klasik. Namun begitu, imbuhnya, musik klasik bukan sekadar untuk bersenang-senang tapi menjembatani kolaborasi akademik dan non akademik serta mempraktikkan misi kemanusiaan. “Praktik baik dari konser amal ini pemasukannya didonasikan seluruhnya dan tidak dipotong biaya operasional,” ujarnya.
Jongky Goei dari Goei Production mengapresiasi kegiatan konser amal yang diselenggarakan oleh FKKMK UGM. Sebelumnya, kata Jongky, ia sudah beberapa kali mengadakan konser amal di Indonesia dengan mengundang musisi internasional untuk korban bencana letusan gunung Kelud dan pengggalangan dana untuk bencana gizi buruk di Asmat.
Terkait dengan konser amal untuk membantu pasien kanker kali ini, Jongky mengaku sangat antusias sekali sebab ia pernah melaksanakan pertunjukan konser amal untuk anak yang terkena penyakit kanker sebelumnya. Ketika itu konser dilakukan untuk memenuhi keinginan seroang anak yang terkena kanker yang ingin belajar balet, menyanyi dan bermain piano di sisa usianya yang tidak lama lagi. “Kebetulan keluarga saya meninggal kena kanker sehingga kita ingin mendorong generasi berikutnya bisa tertolong lewat penelitian penyakit kanker,” katanya.
Pengurus Yayasan Kanker Indonesia Cabang DIY, Sunarsih Sutaryo, mengatakan hasil amal dari konser ini akan digunakan untuk memenuhi perlengkapan 15 kamar yang ada di rumah singgah bagi pasien kanker yang tengah berobat di rumah sakit Sardjito. “Kami sering membantu pasien kanker dari luar kota yang berobat ke Sardjito,” katanya.
Bukan hanya untuk penyediaan rumah singgah bagi para pasien dan keluarga yang mendampingi, yayasan ini juga memenuhi kebutuhan makan dan membeli obat pasien yang tidak dijamin lewat BPJS. Ia menceritakan kegiatan konser amal ini cukup membantu kegiatan di yayasan kanker. Pada kegiatan konser amal sebelumnya berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp300-an juta yang digunakan menyediakan 15 ruang kamar di rumah singgah. “Pembangunannya sudah mencapai 80 persen. Kami bekerja sama dengan RS Sardjito juga untuk mendapatkan ranjang tempat tidur pasien,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)