• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM: Indonesia Terancam Resesi Jika Pemerintah Lambat Tangani Covid-19

Pakar UGM: Indonesia Terancam Resesi Jika Pemerintah Lambat Tangani Covid-19

  • 15 Juli 2020, 20:20 WIB
  • Oleh: Ika
  • 3653
Pakar UGM: Indonesia Terancam Resesi Jika Pemerintah Lambat Tangani Covid-19
Banyak negara di dunia diprediksi akan mengalami kontraksi ekonomi atau resesi akibat pandemi Covid19, termasuk Indonesia. Pakar ekonomi UGM, Dr. Eddy Junarsin, menyebutkan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal III (Juli-September) 2020 menjadi penentu kondisi perekonomian Indonesia. Apabila pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut negatif, Indonesia dipastikan mengalami resesi. 
 
“Di kuartal II atau April-Juni 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan minus antara -3,5 persen hingga -5,1 persen. Karenanya kuartal III sangat menentukan, kalau pertumbuhannya berlanjut negatif maka Indonesia masuk resesi,”tuturnya saat dihubungi Rabu (15/7) sore. 
 
Eddy memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III masih akan kembali negatif dan memasuki resesi apabila pemerintah tidak mengambil kebijakan yang lebih akurat dan konsisten dalam menangani wabah virus corona di tanah air. Bahkan, dikhawatirkan resesi tersebut dapat berkepanjangan.
 
“Kalau kebijakan penanganan lambat atau tidak sinkron, maka efeknya akan berkepanjangan, dan semakin parah pula kondisi perekonomian kita. Waktu recovery-nya pun akan semakin panjang, karenanya penanganan Covid-19 ini perlu segera diperbaiki,”terang dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM ini.
 
Untuk bisa keluar dari resesi, Eddy menyebutkan pemerintah perlu memberikan stimulus dengan membentuk jejaring pengaman sosial dan insentif bagi dunia usaha, terutama jika kebijakan PSBB nasional diterapkan secara total dalam periode singkat. Sementara itu, stimulus moneter dengan penurunan suku bunga diharapkan mampu menarik minat investor untuk kembali melakukan ekspansi usaha.
 
“Dalam jangka pendek, metode darurat berupa pembelian kembali surat berharga pemerintah oleh Bank Indonesia (quantitative easing) perlu dilakukan untuk menopang perekonomian agar tidak lumpuh. Konsekuensinya memang akan menyebabkan inflationary pressure setahun ke depan, tapi diharapkan perekonomian bisa membaik setelahnya,”jelasnya.
 
Dia menyebutkan jika pemerintah bisa segera menangani wabah Covid-19 dengan baik dan pandemi mereda, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mulai positif kembali pada kuartal IV. Sebaliknya jika pemerintah gagal, maka akan memunculkan risiko social unrest karena tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi.
 
“Kalau resesi berlangsung 1-2 kuartal, resilience pemerintah dan masyarakat barangkali masih bisa terjaga, tapi kalau lebih dari 3 kuartal maka potensi munculnya social unrest sangat besar,”sebutnya.
 
Eddy menuturkan Indonesia pernah mengalami resesi pada periode krisis 1998. Namun demikian, periode tersebut berbeda dengan kondisi yang terjadi saat ini. 
 
“Resesi tahun 1998 secara umum hanya melanda kawasan Asia Tenggara. Kalau saat ini situasi lebih buruk karena melanda seluruh dunia sehingga pemulihannya juga lebih kompleks,”ucapnya.
 
Penulis; Ika
Foto: Shutterstock.com

Berita Terkait

  • Pakar UGM: Ekonomi Indonesia Baru Bisa Pulih Di Kuartal IV

    Friday,14 August 2020 - 15:49
  • Ekonom UGM: Resesi Tidak Perlu Didramatisir

    Thursday,24 September 2020 - 15:10
  • Pakar UGM: Pemerintah Perlu Cari Program Alternatif Bantuan Subsidi Bagi Pekerja Informal

    Friday,04 September 2020 - 11:29
  • Pakar UGM: Perlu Koordinasi Fleksibel Pusat-Daerah Tangani Covid-19

    Tuesday,14 April 2020 - 12:30
  • Pakar UGM Bagi Tips Pengelolaan Keuangan Hadapi Ancaman Resesi 2023

    Friday,30 September 2022 - 15:13

Rilis Berita

  • Peringati Hari Jamu Nasional, Fakultas Farmasi UGM Selenggarakan Sharing Session dan Kampanye Minum Jamu 29 May 2023
    Fakultas Farmasi UGM memeriahkan Hari Jamu Nasional dengan sejumlah kegiatan yang
    Gloria
  • Fakultas Hukum UGM Luncurkan Buku Tentang Hukum Agraria 27 May 2023
    Memperingati ulang tahun ke-80 tokoh bidang hukum dari Fakultas Hukum (FH) UGM, Prof. D
    Satria
  • Pemilu 2024 Masih Terjebak pada Agenda Rutinitas Politik 27 May 2023
    Pemilu 2024 bukan hanya sebagai bagian dari rutinitas pesta demokrasi lima tahunan dalam rangka m
    Gusti
  • FKK-MK UGM Gelar Webinar Bahas Ancaman Diabetes Mellitus Bagi Anak Muda 27 May 2023
    Untuk merencanakan tindak lanjut terhadap tingginya penderita Diabetes Mellitus pada ge
    Satria
  • UGM Residence Kembali Gelar Festival Budaya 26 May 2023
     UGM Residence kembali menggelar festival budaya at
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual